Mohon tunggu...
faisal fahmi mrp
faisal fahmi mrp Mohon Tunggu... Relawan - Pemula bersahaja

Searching.......

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Batasan Musik dan Cara Pandang Filsafat

20 Juli 2017   12:52 Diperbarui: 20 Juli 2017   12:56 946
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Soal batasan dalam musik ini hanyalah pandangan sementara yang dapat berubah. Penjelasan selalu dibutuhkan di lingkungan kaum elit terpelajar. Kebenaran mengenai batasan tersebut akan muncul kalau sudah terjelaskan. Seperti batasan bahwa musik itu haram dari sudut yang berbeda, musik tidak bisa disalahkan sepenuhnya. Manusia sendiri yang terpengaruh dengan musik yang tidak bisa menyaringnya dengan baik. Sebagian dari Kita juga menganggap pengamen itu rendah meminta uang melalui musik, pengamen menjual sesuatu yang indah, yaitu musik. Namun, mengapa kita selalu memandang rendah mereka.

Musik tidak haram jika tidak bertentangan dengan nilai agama. musik itu bebas, penggolongan haram tidaknya musik itu hanya bagi seseorang yang membenci seni karena pernah mengalami hal yang bersangkutan dengan dosa. Agama itu indah dan tidak membatasi dengan sesuatu yang indah selagi tidak merugikan yang bersangkutan.

Beberapa orang mungkin tidak pernah peduli dengan batasan musik, mereka sering mengawinkan musik dengan kebebasan. Bagi mereka, musik hanya berupa harmoni suara yang didengar, setelah itu habis pokok persoalan.

Filsuf Nietzche mengatakan, "hanya yang tidak memiliki sejarah yang dapat diberi batasan" Musik memiliki sejarah dan perkembangannya sendiri, dengan demikian maka sulit diberi batasan bagi musik. Perkara ini memang sering diperdebatkan.

Hongaria memberikan batasan dan dasar pada pendidikan musiknya kepada filosofi Kodaly "mulai dari anak-anak dan mulai dari lagu daerah" sehingga anak yang didik tidak akan tuli dengan musik daerahnya. Slamet Abdul Sjukur komponis Indonesia yang mendapat segudang prestasi luar dan dalam negeri. Sas (singkatan Slamet Abdul Sjukur) berhasil mendapat penghargaan piringan emas di prancis. Beliau menggarap angklung yang keadaanya sudah pecah pecah milik kedutaan, karya beliau dimainkan oleh anak-anak Indonesia yang berada di prancis. Hal demikian yang membuat musik bagi sas tidak memiliki batasan, walaupun kondisi alat musik yang tidak layak.

Batasan musik berbeda beda karena dasar karakteristik manusia pun tidak sama. Musisi tinggal memilih filosofi yang dia setujui berdasarkan alasannya. Musik masalah selera yang sulit menemui titik terang dalam perdebatan, begitu juga masalah selera fikiran. Freud :menyebutnya hasrat bawah sadar manusia yang diekspresikan. Ini karena musik adalah persoalan nilai dan penilaian. Seperti karya Bach sonata no 1 untuk biola, jika dimainkan keseluruhan maka timbul nilai yang berbeda ketika hanya memainkan bach sonata no 1 presto. Semua yang bersejarah seperti musik sulit diberi batasan karena terus berkembang sama seperti manusia yang kaya akan 'nilai'. (kisaran, 20 juli 2017. faisal fahmi marpaung)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun