Setiap memasuki tempat perbelanjaan seperti minimarket, pegawainya akan menyapa pengunjung dengan ramah. Ia akan membantu menunjukkan produk yang kita cari jika kita kesulitan, kemudian menanyakan barang-barang apa lagi yang kita perlukan. Meskipun sibuk, pegawai minimarket itu tetap berusaha melayani dengan sikap yang menyenangkan. Begitu kebanyakan yang kita temukan.
Kamu beruntung jika masuk ke perpustakaan, mendapat sambutan bagaikan calon pembeli yang akan membawa keuntungan seperti di tempat belanja. Di depan pintu petugasnya menyapa dengan salam dan tersenyum, kemudian menanyakan kamu mencari buku apa.
Kamu belum beruntung jika tidak mendapatkan itu di perpustakaan, dan tidak perlu kecewa. Kamu kan datang ke perpus tidak bawa profit bagi pengelolanya seperti pembeli yang masuk ke minimarket, he he.
Lha kok jadi alasan untuk tidak melayani dengan baik. Kenapa mikirnya keuntungan atau profit?
Betul sekali, perpustakaan bukan buat cetak uang seperti perusahaan. Perpustakaan didirikan biar masyarakat menjadi cerdas, pada pinter-pinter.Â
Pemerintah yang punya kewajiban menyediakan berbagai sumber pengetahuan dan informasi. Masyarakat berhak memperoleh layanan dan memanfaatkan fasilitas yang ada di sana tanpa membayar. Gratis, karena perpustakaan dibiayai pakai uang negara, yang di antara sumbernya dari pajak yang kamu bayar.
Di mana-mana ada perpustakaan. Setiap kabupaten dan kota ada perpustakaan umum, dilengkapi perpus keliling. Kampus dan sekolah ada perpustakaannya.Â
Bahkan tidak sedikit warga yang inisiatif buka taman bacaan. Mereka ingin warga sekitar gemar membaca dan berpengetahuan.
Perpustakaan itu organisasi yang ada aturan pengelolaannya. Pegawainya harus memenuhi standar dalam bekerja. Pustakawan di perpus juga terikat kode etik dan standar pelayanan. Artinya harus memberikan yang terbaik.
Sekarang perpustakaan lebih baik dibandingkan jaman dulu. Stereotip perpus bukan lagi tempat buku-buku dengan penjaga yang cuek dan galak.Â