Mohon tunggu...
Faisal Basri
Faisal Basri Mohon Tunggu... Dosen - Mengajar, menulis, dan sesekali meneliti.

Mengajar, menulis, dan sesekali meneliti.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Jumlah Petani dan Buruh Tani Menciut, Pindah ke Mana?

9 Februari 2016   07:32 Diperbarui: 9 Februari 2016   10:03 845
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Petani menyebar bibit padi untuk ditanam di sawah di Desa Karangsari, Tangerang, Banten, Jumat (13/5/2011). Pemerintah kini sedang menyiapkan program menyewa sawah petani untuk meningkatkan produksi padi. (KOMPAS/PRIYOMBODO)

Jumlah penduduk yang bekerja di sektor pertanian terus menurun, dari 39,22 juta pada tahun 2013 menjadi 38,97 juta pada tahun 2014 dan turun lagi menjadi 37,75 juta pada tahun 2015. Usia rerata petani semakin tua. Generasi muda merosot minatnya menjadi petani. Lembaga pendidikan tinggi pertanian memperluas bidang studi ke nonpertanian. Sarjana sekolah pertanian semakin banyak yang bekerja di sektor nonpertanian.

Berdasarkan status pekerjaan utama, pekerja formal mengalami peningkatan cukup tajam. Hampir bisa dipastikan kebanyakan mereka memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi dan bekerja di sektor jasa modern seperti keuangan, perdagangan, business services, komunikasi, dan sebagainya.

Pekerja informal kebanyakan berkutat di sektor pertanian. Penurunan penduduk yang bekerja di sektor pertanian tercermin dari penurunan di tiga teratas subkategori Informal. Diperkirakan sebagian mereka pindah dari desa ke kota menjadi pekerja bebas di sektor nonpertanian, terutama di sektor perdagangan. Hal ini terkonformasi dengan kenaikan penduduk yang bekerja di sektor perdagangan yang naik dari 24,10 juta pada tahun 2013 menjadi 24,83 juta pada tahun 2014 dan naik lagi menjadi 25,68 juta pada tahun 2015. Mereka berjibaku di kota antara lain menjadi pedagang kakilima.

Entah ke mana lagi mereka harus mencari nafkah kalau pemerintah kota tidak ramah terhadap pedagang kakilima.

Pemerintah kota agaknya perlu belajar dari pemerintah kota Seoul, Korea, yang amat peduli terhadap pedagang kecil. Hampir seluruh mal di ibukota Korea diisi oleh pedagang kecil. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun