Mohon tunggu...
Faisal Basri
Faisal Basri Mohon Tunggu... Dosen - Mengajar, menulis, dan sesekali meneliti.

Mengajar, menulis, dan sesekali meneliti.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Soal Serial Sesat Pikir

28 Januari 2016   00:59 Diperbarui: 28 Januari 2016   10:20 1324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="alittlewiser63.blogspot.co.id"][/caption]Sudah cukup banyak saya menulis di blog ini dengan tema atau judul atau kategori SESAT PIKIR. Tiada niatan untuk mengumbar energi negatif atau menyudutkan siapa pun. Tidak juga berpretensi paling benar sendiri.

Yang dulu benar barangkali sekarang tidak relevan lagi. Perubahan sedemikian sangat cepat. Yang kita ketahui sangatlah sedikit, apalagi tentang masa depan. Kita dituntut untuk beradaptasi dengan perubahan lingkungan di sekitar kita, yang dekat maupun yang jauh. Kegagalan memahami perubahan lingkungan strategis bisa mengakibatkan petaka.

Siapa nyana nasib Nokia telah ditelan bumi. Padahal tidak seberapa lama sebelumnya Nokia disanjung setinggi langit oleh para ahli marketing, dijadikan studi kasus di buku-buku teks dan sekolah bisnis. Sony terseok-seok, beberapa unit bisnisnya sudah dijual.

Sebagai negara, Indonesia juga terbukti terseok-seok dibandingkan negara-negara tetangga. Ketika merdeka, tingkat kesejahteraan rakyat Indonesia hampir sama dengan Korea Selatan. Sampai tahun 1997, pendapatan per kapita Indonesia selalu di atas Tiongkok. Sekarang? Korea sudah terbang dengan gross national income (GNI) per capita 7,5 kali Indonesia. GNI per kapita (berdasarkan Atlas method yang digunakan Bank Dunia) China dua kali lipat Indonesia. Bahkan, Timor-Leste sempat di atas Indonesia selama tujuh tahun (2007-2013).

Tentu ada yang kendur dalam motor penggerak pembangunan Indonesia. Salah satu contohnya adalah semakin banyak komoditas pangan kita yang harganya merangkak naik terus di dalam negeri sedangkan di pasaran internasional sebaliknya merangkak turun. Tidak hanya setahun tetapi sudah bertahun-tahun. Lihat Menohok ke Akar Masalah.

Kita sudah mengalami triple deficits dalam perdagangan luar negeri: defisit produk manufaktur, pangan, dan migas. Tidak hanya satu-dua tahun, tetapi sudah satu dekade lebih.

Kenyataan juga menunjukkan ekspor kita semakin tidak beragam sedangkan impor semakin beragam. Sudah 70 tahun merdeka tetapi struktur ekspor kita masih didominasi oleh produk-produk primer atau komoditas.

Di tengah era globalisasi, taktala hampir semua negara semakin terlibat dalam perdagangan internasional, degree of openness Indonesia justru turun. Nilai ekspor Indonesia selama kurun waktu 2009-2014 naik hanya 47 persen, sementara nilai impor naik 93 persen. Lihat Perekonomian Indonesia Kian Loyo.

Bukan hanya ekonomi. Dalam kehidupan politik pun kita perlu berbenah. Kembali ke masa lalu bukanlah pilihan. Kita perkuat sekrup-sekrum yaang renggang.

Ada baiknya kita mulai introspeksi diri, mengidentifikasi yang bengkok-bengkok, lalu kita berupaya dengan keras meluruskannya.

Kalau bukan kita, siapa lagi?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun