Cyberbullying sering terjadi dan  meninggalkan jejak digital, seperti jurnal atau file, yang dapat berguna dan jelas untuk membantu menghentikan perilaku buruk ini. Sama seperti bullying, Anda perlu memerangi cyberbullying atau cyberbullying. Tidak hanya orang dewasa, anak-anak yang masih sekolah pun akan mengalami perilaku memalukan ini. Sebagai orang tua, Anda memiliki tanggung jawab besar untuk memantau bagaimana anak-anak Anda menggunakan Internet dan perangkat mereka.Â
 Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya cyberbullying antara lain faktor kontrol psikologis, diantaranya dalam konteks cyberbullying, kenakalan paling sering terjadi pada kalangan remaja dan pelajar yang masih duduk di bangku sekolah.
 Pada tahap remaja ini, emosi harus dikendalikan untuk menghindari cyberbullying. Oleh karena itu, faktor lingkungan, teman dekat atau orang-orang di sekitar Anda sangat mempengaruhi kecenderungan menjadi pelaku cyberbullying. Namun di  sisi lain, teman dekat bisa mengendalikan emosi dan keadaan juga bisa membentuk kepribadian seseorang. di kalangan anak sekolah hingga saat ini, pelaku cyberbullying sebagian besar adalah teman sekelas. Oleh karena itu, perlu bagi sekolah untuk melakukan kegiatan sosialisasi terkait bahaya cyberbullying di  sekolah agar tidak terjadi di  sekolah.
Â
 Cyberbullying menciptakan ketakutan pada korbannya. Mungkin ada kekerasan fisik di dunia nyata / offline. Harus ada kode etik agar orang-orang sezaman tidak menjadi pelaku cyberbullying, alasannya antara lain kurangnya simpati terhadap pelaku yang menciptakan kondisi bagi orang lain. Jadi kami menghormati orang lain, terutama mereka yang ditindas secara online, karena kami saling mencintai, menghormati, dan memperlakukan satu sama lain.Â
 Ini bisa terjadi pada orang yang saling mengenal, atau bisa terjadi pada orang yang tidak saling mengenal. Bullying online bisa dibilang hal kecil, dan tanpa kita sadari bisa kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari di media sosial. Namun, Anda tidak boleh menganggapnya terlalu serius karena dapat berdampak besar bagi orang lain dan diri Anda sendiri.Â
 Hal ini juga dapat terjadi ketika seseorang merasa terancam oleh kehadiran orang lain, atau oleh perbedaan mereka, sehingga komentar kebencian, kebencian atau intimidasi dibuat terhadap mereka. Meskipun kita tidak dapat mencegah orang lain diganggu, kita dapat mengharapkan diri kita sendiri untuk ditindas.
 Motif pelaku bullying atau perundungan  adalah merasa dirinya lebih baik dan pantas dibanding orang lain. Pelaku menilai korban bullying atau perundungan berada pada level yang tidak pantas atau kurang layak mendapatkan kenikmatan atau keuntungan, hal ini terjadi disebabkan para korban memposting sesuatu di media sosial seperti memiliki mobil mewah, meraih prestasi, berhasil dalam karir atau pekerjaan, memiliki kekasih yang cantik atau tampan, liburan ke luar negeri, dan lain-lain, pelaku merasa yakin bahwa secara kualitas maupun kuantitas kemampuan korban masih dibawah level dari para pelaku, sehingga mereka menilai bahwa para korban kurang layak dan tidak pantas untuk mendapatkan sesuatu tersebut yang selanjutnya diwujudkan dengan komentar-komentar 'nyinyir' atau bernada negatif akun media sosial.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H