Mohon tunggu...
Fharesky Faisal Al Akbar
Fharesky Faisal Al Akbar Mohon Tunggu... Mahasiswa - الله

Instagram: fhrsky.fsl

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Tahafut dalam Filsafat Perspektif Imam Ghazali

30 Januari 2022   00:07 Diperbarui: 30 Januari 2022   00:36 2041
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto: http://afi.unida.gontor.ac.id/ 

Tahafut al falasifah (kerancuan para filsuf) adalah salah satu karya kitab dari seorang ulama besar yang dijuluki Hujjatul Islam al-Imam Abu Hamid Muhammad bin Muhammad  al-Ghazali ath-Thusi asy-Syafi'i. Beliau merupakan seorang ulama besar yang ahli dalam berbagai fan ilmu seperti kemampuannya dalam menguasai ilmu filsafat, tasawuf, kalam, fiqih, hadis, dan lain sebagainya. Beliau memiliki banyak karya kitab yang sangat terkenal seperti Ihya al-Ulumiddin, ayyuhal walad, kimiya saadah, tahafut falasifah, dan lain-lain. Kitab-kitab beliau banyak sekali dipelajari oleh umat Islam terutama bagi kalangan pesantren dan universitas-universitas. Kemampuannya dalam menguasai segudang ilmu, tidak heran jika beliau dijuluki sang "hujjatul Islam" dikarenakan mampu mematahkan atau membantah para pemikiran-pemikiran filsuf, atheis, dan aliran-alirah dalam Islam yang menyimpang. Beliau menguasai ilmu filsafat melalui kitab-kitab al-Farabi dan Ibnu Sina. Sebetulnya, filsafat al-Farabi dan Ibnu Sina bersumber dari Aristoteles Sebab, menurut al-Ghazali, salah satu aliran dalam filsafat adalah ilahiyyun (theis). Tokoh pentingnya adalah Sokrates. Ia mempunyai murid bernama Plato. Dan Plato mempunyai murid bernama Aristoteles yang dikenal sebagai peletak dasar-dasar ilmu logika (mantik). Mereka semua adalah filsuf dari Yunani. Pemikiran-pemikiran Aristoteles kemudian dibawa oleh al-Farabi dan Ibnu Sina untuk mewarnai dunia keilmuan Islam karena dianggap mirip dengan ajaran Islam. Sehingga banyak kemudian dari kalangan intelektual muslim yang berkecimpung dalam ilmu filsafat. Ajaran-ajaran Aristoteles yang dibawa oleh Ibnu Sina dan al-Farabi itulah yang menjadi fokus al-Ghazali untuk mengkajinya secara mendalam dan merincinya. 

Al-Ghazali merumuskan ada 6 ajaran dalam filsafat al-Farabi dan Ibnu sina yang dinukil dari Aristoteles diantaranya, riyadhiyat (aritmetika), manthiq (logika), thabi'iyat (sains), ilahiyat (metafisika), siyasiyat (politc), dan khuluqiyat (etika). Namun di antara enam ajaran itu, al-Ghazali hanya mengkritik di tema ilahiyat (metafisika) dan thabi'iyat (sains) Di dalam kitab Tahafut Falasifah, al-Ghazali mengkrtik 20 pembahasan yang berkaitan dengan tema ilahiyat dan thabi'iyat ini. Ada 3 pembahasan yang dianggap paling berat oleh al-Ghazali, yaitu keabadian dan keazalian alam, tuhan hanya mengetahui secara universal saja, dan jasad manusia tidak akan dibangkitkan di hari akhir nanti. Sedangkan tujuh belas pembahasan sisanya dianggap tidak terlalu berat. 

Berikut beberapa masalah yang dibahas dalam kitab Tahafut al-Falasifah karya Imam Ghazali diantaranya;

  1. Sanggahan para filsuf atas teori keazalian alam
  2. Sanggahan para filsuf atas keabadian alam
  3. Penjelasan atas kepalsuan para filsuf bahwa Allah pencipta alam dan alam adalah ciptaan-nya
  4. Kelemahan para filsuf dalam menetapkan sang pencipta
  5. Kelemahan mereka dalam menegakkan dalil atas ketidakmungkinan adanya 2 tuhan
  6. Sanggahan atas mereka tentang penolakan sifat-sifat Tuhan
  7. Sanggahan atas pernyataan mereka bahwa zat awal (dht al-awwal) tidak dapat dibagi ke dalam genus (jins) dan diferensia (fasl)
  8. Sanggahan atas pernyataan mereka bahwa yang awal adalah sesuatu yang sederhana (mawjud bas) tanpa esensi (mhiyyah)
  9. Kelemahan mereka dalam menjelaskan yang Awwal tidak betubuh
  10. Penjelasan tentang teori eternitas alam dan tidak adanya pencipta adalah pandangan yang niscaya bagi para filsuf
  11. Ketidakmampuan para filsuf untuk menetapkan bahwa prinsip pertama mengetahui yang lainnya
  12. Ketidakmampuan filsuf dalam menjelaskan bahwa prinsip pertama mengetahui zatnya
  13. Bantahan atas para filsuf bahwa prinsip pertama tidak mengetahui hal-hal partikular
  14. Teori para filsuf bahwa langit adalah makhluk hidup yang bergerak berdasar kehendak
  15. Bantahan atas teori filsuf tentang tujuan gerakan langit
  16. Sanggahan para filsuf bahwa jiwa langit mengetahui semua yang partikularr
  17. Bantahan atas para filsuf tentang kemustahilan sesuatu yang keluar dari kebiasaan 
  18. Tentang teori para filsuf bahwa jiwa manusia adalah substansi yang berdiri sendiri, bukan tubuh atau aksiden
  19. Tentang teori filsuf bahwa jiwa manusia tidak mungkin binasa
  20. Bantahan atas pegingkaran para filsuf tentang kebangkitan jasad serta merasakan kenikmatan jasmaniah di Surga dan kesengsaraan di Neraka.

Itulah beberapa poin-poin yang ada didalam kitab Tahafut al-Falasifah yang disanggah oleh Imam Ghazali terhadap para filsuf

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun