Mohon tunggu...
Fais Yonas Boa
Fais Yonas Boa Mohon Tunggu... Penulis - Penulis dan Peneliti

Aksara, Kopi dan kepolosan Semesta

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Tentang Layla; Mahasiswi Jogja

20 Januari 2025   09:26 Diperbarui: 20 Januari 2025   09:26 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://pps.unisma.ac.id/

Akan tetapi, meskipun ada kenyataan bahwa jika kita memilih cara hidup hipokrit dan pragmatis dapat mengorbankan diri sendiri dan orang lain, saya tetap merasa tidak adil untuk mengatakan bahwa cara hidup seperti itu adalah cara hidup buruk. Dengan kata lain, kita tidak boleh menganggap cara hidup hipokrit dan pragmatis sebagai pilihan hidup yang harus dihindari.

Lalu, apakah saya sedang membela cara hidup hipokrit dan pragmatis seperti yang dijalani Layla? Tentu saja tidak! Saya tidak mengatakan hipokrit dan pragmatis sebagai sesuatu yang buruk, bukan karena itu baik, tetapi karena cara hidup seperti itulah yang telah menjelma dalam kehidupan sehari-hari kita dewasa ini.

Marilah kita jujur bahwa Layla itulah wajah kebanyakan dari kita yang hidup di dalam peradaban canggih sekarang ini. Hidup berpura-pura dan suka memanfaatkan orang lain rasa-rasanya sudah menjadi hal lumrah. Bukankah cara hidup kita sekarang ini penuh dengan kepura-puraan dan selalu bertujuan pada kepentingan pribadi? Mungkin anda sejenak merenung; apakah benar demikian? Silahkan temukan jawabannya pada diri kita sendiri; sadari bagaimana cara hidup kita dengan orang lain atau dalam pola sosial masyarakat.

Catatan:

[1] Bambang Mustari Sadino atau yang dikenal Bob Sadino adalah pengusaha sukses yang proses perjuangan hidupnya sangat inspiratif, dia juga kerap mengumbarkan kata-kata motivasi dengan gaya nyeleneh tetapi mengandung pesan kritis dan mendalam. Pengusaha sukses ini juga memiliki gaya busana eksentrik yakni kerap memadukan kemeja ataupun jas berdasi dengan celana pendek.

[2] Aristoteles ialah filsuf Atena Yunani Kuno. Ia dikenal dengan berbagai macam konsep; dari kebijaksanaan, keadilan, konsep negara hingga konsep kebahagiaan. Terkait konsep keadilan, hingga saat beberapa jenis keadilan masih dibicarakan di dunia pendidikan: pertama, keadilan komutatif yakni perlakuan terhadap orang lain tanpa melihat jasa-jasanya. Contohnya, memberi hukuman kepada setiap orang yang melawan hukum tanpa melihat jabatannya. Kedua, keadilan distributif yakni perlakuan terhadap orang lain dengan melihat jasa-jasa  yang telah diperbuatnya. Contohnya, memberi gaji lebih kepada karyawan yang kerja lembur. Ketiga, keadilan kodrat hukum alam yakni perlakuan terhadap orang lain sesuai dengan hukum alam. Contohnya, jika saya membelikan makan untuk teman kos saya hari ini maka suatu saat ke depan dia juga akan melakukan hal yang sama kepada saya. Keempat, keadilan konvensional yakni perlakuan terhadap seseorang yang telah mematuhi aturan negara. Contohnya, mendapatkan hak tertentu jika mematuhi aturan, misalkan hak keamanan hidup. Kelima, keadilan perbaikan yakni keadilan terjadi karena orang melakukan pencemaran nama baik. Keadilan ini didapatkan dengan adanya pengakuan salah secara sadar dari orang yang melakukan pencemaran tersebut. Contohnya, meminta maaf kepada korban secara langsung ataupun melalui media.

sumber: buku filsafat praktis berjudul Belajar Menelanjangi Diri Sendiri (Tentang Aku, Kamu dan Peradaban Kita); fyBo'a; Pustaka Pelajar; 2020.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun