Mohon tunggu...
Fais Yonas Boa
Fais Yonas Boa Mohon Tunggu... Penulis - Penulis dan Peneliti

Aksara, Kopi dan kepolosan Semesta

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Mengenal Berpikir Kritis (Critical Thinking)

10 Oktober 2024   09:37 Diperbarui: 10 Oktober 2024   09:59 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selain itu seorang yang berpikir kritis juga harus mencermati terlebih dahulu sumber-sumber pengetahuan yang menjadi rujukan argumentasinya. Jangan sampai sumber data, fakta dan kebenaran yang ia miliki ternyata palsu atau hoaks. Sehingga argumentasi yang disampaikan menyesatkan orang lain dan juga dirinya sendiri.

Ketiga, kesesuaian (relevansi)

Suatu pemikiran yang kita sampaikan sering kali tidak relevan atau sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya. Hal ini terjadi karena kita yang menyampaikan argumentasi atau pemikiran, tidak memiliki pengetahuan yang mendalam tentang apa yang kita sampaikan.

Maka dari itu, seorang yang berpikir kritis wajib menyampaikan sebuah pemikiran yang sesuai dengan fakta yang sebenarnya. Artinya, tidak boleh mengarang dalam kita menyampaikan pemikiran dan argumentasi. Argumentasi yang kita  sampaikan haruslah benar-benar sesuai dengan keadaan dan kenyataan yang sesungguhnya.

Keempat, kelogisan (rasionalitas)

Pada prinsipnya tidak semua pemikiran manusia, bersifat logis atau masuk akal. Padahal, semua manusia membutuhkan kelogisan dari sebuah pemikiran atau argumentasi. Maka dari itu, tentu saja kita semua seharusnya tidak dapat menerima argumentasi dan pemikiran yang tidak logis. Lalu bagaimana kita mengetahui bahwa suatu pemikiran atau argumentasi tidak logis?

Kelogisan sebuah pemikiran atau argumentasi terletak pada daya pengaruhnya. Kalau sebuah pemikiran atau argumentasi dapat dimengerti dan dipahami akal sehat oleh yang mendengar atau membacanya maka dapat dikatakan pemikiran atau argumentasi tersebut memiliki kelogisan. Dalam berpikir kritis, kelogisan tentulah menjadi syarat penting karena kelogisan itulah yang menjadi tanda bahwa pemikiran atau argumentasi kita didasari pengertian dan pemahaman yang kuat.

Kelima, lengkap (komprehensif)

Lengkap dalam konteks berpikir artinya berpikir secara utuh; menyeluruh berkaitan dan tidak setengah-setengah. Tujuan dari berpikir secara utuh adalah agar pemikiran atau argumentasi yang kita sampaikan tidak menimbulkan sesat pikir. Dalam berpikir kritis berpikir lengkap sangatlah penting, karena itu akan sangat menunjang maksud dan tujuan dari pemikiran atau argumentasi, yang kita sampaikan.

Beberapa kendala berpikir kritis

Pertama, kurangnya informasi dan Pengetahuan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun