Mohon tunggu...
Fais Yonas Boa
Fais Yonas Boa Mohon Tunggu... Penulis - Penulis dan Peneliti

Aksara, Kopi dan kepolosan Semesta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Geotermal, Wajah Dilematis Pembangunan Nasional

5 Juli 2024   15:18 Diperbarui: 5 Juli 2024   15:19 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.pge.pertamina.com//media/Uploads/berita/Turn-Around-PLTP-Kamojang.jpgInput sumber gambar

Indonesia menjadi negara dengan cadangan geotermal terbesar kedua di dunia setelah Amerika Serikat. Sebesar 40% cadangan panas bumi di dunia ada di bumi Indonesia. Sebagaimana diketahui, panas bumi menjadi sumber energi terbarukan yang termasuk dalam kategori energi hijau. Kini pemanfaatan energi panas bumi sedang menjadi proyek strategis dari sebagian besar negara di dunia. Sudah tentu termasuk Indonesia.

Namun, meskipun geotermal sebagai energi ramah lingkungan dan menjadi proyek stategis nasional di bawah rezim Jokowi, tetap saja tidak untuk menapik fakta bahwa geotermal memang menjadi wajah dilematis dari sebuah pembangunan pada bangsa kita. Satu sisi sebagai upaya negara dalam menggapai kemakmuran rakyat, terutama dalam aspek pemenuhan energi. Sementara itu, di lain sisi sebagai momok bagi masyarakat yang terdampak.

Harta Karun Kemajuan

Dilansir dari kompas.com pada tahun 2023 potensi sumber energi yang terkandung dalam perut bumi Indonesia mencapai 23.965,5 megawatt (MW). Saat ini, potensi tersebut baru dimanfaatkan sekitar 9,8 persen dengan kapasitas pembangkit listrik terpasang sebesar 2.342,63 MW. Ini artinya cadangan panas bumi yang terkandung dalam perut bumi kita masih sekitar 90% belum dimanfaatkan. Hal ini tentu saja sangat disayangkan di tengah situasi kehidupan ekonomi masyarakat yang semakin tak menentu.

Besarnya cadangan energi panas bumi yang kita miliki sudah semestinya dijadikan harta karun kemajuan bagi negara, bukan malahan dianggap sebagai kutukan. Tidak terlepas dari itu, penting untuk disadari bahwa kebutuhan akan energi terbarukan dewasa ini semakin tinggi. Pola kehidupan zaman yang menuntut kreativitas dan inovasi pada berbagai sektor kehidupan tentu saja berjalan seiring dengan kebutuhan akan energi. Sekarang ini geliat industri rumahan, profesi konten kreator, sekolah, kuliah, pekerjaan; membutuhkan stabilitas energi.

Pengembangan geotermal kemudian diniscayakan menjadi jawaban atas tuntutan stabilitas energi. Dengan demikian, harta karun energi panas bumi Indonesia yang mencapai 23 gigawatt (GW) akan mencukupi kebutuhan energi negara. Kekayaan cadangan panas bumi yang dimiliki bangsa kita sudah sebaiknya dapat dimanfaatkan dengan baik oleh negara. Eksplorasi geotermal haruslah menjadi salah satu bukti nyata bahwa negara memang benar-benar hadir untuk mengusahakan kemakmuran rakyatnya. Harta karun kemajuan tersebut tidak boleh hanya dijadikan kebanggaan semu.

Dampak-dampak yang Ditakutkan

Geotermal sebagai harta karun kemajuan tentu saja tidak sepenuhnya dipandang sebagai sesuatu yang mutlak baik. Sudah sebaiknya semua pihak harus realistis bahwa setiap kegiatan eksplorasi alam pastilah berdampak pada alam itu sendiri. Tidak boleh dinafikan bahwa terdapat beberapa aspek kehidupan yang ditakutkan berdampak buruk akibat kehadiran proyek geotermal. Ada 4 unsur yang paling ditakutkan yakni: lingkungan, bencana, kesehatan dan hak ulayat.

Pertama, lingkungan. Rasa-rasanya, setiap kali ada perencanaan hingga pengembangan pembangunan geotermal, lingkungan menjadi issue yang paling getol disuarakan. Didengungkan bahwa ketika ada proyek geotermal maka akan berdampak buruk pada lingkungan sekitar. Akan terjadi pencemaran lingkungan: tanaman-tanaman sekitar akan selalu gagal panen; tanaman kerdil; ekosistem sungai akan mati; dan lainnya. 

Kedua, bencana. Hal yang tidak kalah penting ditakutkan berdampak adalah terjadinya bencana, katakanlah terjadi longsor. Lazimnya logsor memang disebabkan oleh bencana alam, akan tetapi tidak menutup kemungkinan juga terjadi akibat pengerjaan ataupun pengoperasian energi geotermal. Terutama pula, kacamata awam ketika melihat turbin-turbin dan uap putih seperti asap yang terlihat pada lokasi pengoperasian; pasti begitu menyeramkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun