Aku tergopoh-gopoh berjalan ketika ia menarik tanganku. Dia hanya tersenyum sambil terus berlari tak mempedulikan ceracauanku. Ilalang-ilalang berdaun tajam di kiri dan kanan pematang cukup tinggi sehingga menjulur dan menghalangi kakiku melangkah di tengah kegelapan malam. Tapi ia seolah tak mempedulikan makianku begitu kakiku tersandung ilalang-ilalang liar itu. Ia terus menarik tanganku untuk ikut berlari mengikutinya.
'Hey, malam baru saja menjelang. Kita tak perlu terburu-buru menemui bulan. Hey,,berhentilah dulu, kakiku sakit terkena ilalang-ilalang liar ini. Heeeyy,,,,'
Dan ia terus berlari tanpa sedikitpun menoleh untuk melihat luka di kakiku. Aku bersungut-sungut dibelakangnya.
Begitu sampai di pondok rahasia, ia melepaskan pegangannya dan menyuruhku duduk. Mukaku masih cemberut dengan bibir mengerucut. Aku lelah dan kakiku perih. Ia memandangiku tersenyum. Senyumnya membuatku semakin mengerucutkan bibir. Aku kesal padanya. Tapi, melihat senyumnya seperti itu.... Huff....
Dia menatapku dengan masih tersenyum, 'kenapa masih cemberut?'
Aku merungut,'kakiku sakit'
Ia berjongkok duduk dihadapanku,'mana sini aku lihat'
Dengan cepat aku menyurukkan kakiku yang tergores ilalang sebelum tangannya menggapai kakiku.
'Bagaimana aku bisa tahu kalau kakimu terluka kalau disembunyikan seperti itu. Sini,,,'
"Ga usah. Udah ga papa'
Ia tidak memaksa dan kemudian berdiri mengeluarkan saputangannya. Disodorkannya kehadapanku,