Kita hidup di era dimana media sosial telah menjadi kebutuhan yang tak terpisahkan dari keseharian kita. Seperti makanan dan air, media sosial kini telah berubah menjadi kebutuhan primer yang membentuk rutinitas harian masyarakat Indonesia. Apapun kebutuhan atau masalahnya semua dapat dicari di media sosial. Lalu benarkah bahwasannya karakter generasi masa kini mulai disetir oleh media sosial ?
Transformasi Karakter masyarakat di Era Digital
Pertama, mari  kita lihat bagaimana media sosial mengambil porsi besar dalam keseharian kita. Masyarakat Indonesia rata-rata menghabiskan lebih dari  3 jam 14 menit setiap hari untuk berselancar di media sosial, dengan 81% pengguna mengaksesnya setiap hari. Bagian menarik yang dapat kita lihat di zaman sekarang adalah kemudahan untuk mengumpulkan uang, kekuatan, dan opini dengan  bermodalkan satu atau lebih unggahan pesan ataupun video. Asalkan menarik dan sesuai dengan tren terkini, bukan hal yang sulit lagi untuk menggapai berbagai hal lewat media sosial. Era digital ni secara tak langsung memang telah mengubah cara kita terhubung dengan dunia. Namun,kita tetap perlu waspada akan berbagai ancaman maupun sisi buruk yang harus kita terima sebagai resiko akan kemudahan yang kita dapat. Salah satu ancaman tersebut adalah terbentuknya karakter masyarakat Indonesia akibat adanya media sosial.
Di tengah pesatnya perkembangan era digital, kita menyaksikan saat ini, identitas diri remaja semakin terpengaruh oleh dinamika media sosial yang terus berubah. Sisi lain dari media sosial yang digunakan oleh remaja masa kini adalah sebagai tempat untuk mencari validasi diri. Mereka sering merasa tertekan untuk memenuhi ekspektasi yang terus berubah dan beradaptasi dengan dinamika sosial yang kompleks. Kita juga melihat fenomena dimana banyak generasi muda yang semakin tidak bisa membedakan mana yang salah dan benar karena menurut mereka dengan mengikuti tren yang ada, membuat mereka lebih dihargai di dalam pergaulan. Perubahan ini semakin diperparah dengan tekanan untuk mengikuti standar kecantikan dan kesuksesan yang tidak realistis yang sering ditampilkan di media sosial. Kita perlu memahami bahwa fenomena ini bukan hanya tentang penggunaan teknologi, tetapi juga tentang pembentukan identitas di era digital. Â
Empati yang disalahgunakan
Satu hal menarik  yang perlu kita sadari lainnya adalah bagaimana media sosial telah mengubah perilaku masyarakat Indonesia dalam mencari penghasilan. Riset menunjukkan bahwa pengemis online di platform seperti TikTok dapat menghasilkan Rp 300.000 hingga Rp 700.000 per hari - angka yang cukup menggiurkan bagi sebagian orang.  Lalu apa hubungannya dengan pembentukan karakter masyarakat Indonesia ?
Yang memprihatinkan, fenomena ini menciptakan siklus ketergantungan yang sulit diputus. Pemberi bantuan sering terdorong memberikan "gift" karena merasa kasihan dan ingin meringankan beban psikologis pengemis online. Namun, tindakan ini justru mendorong munculnya lebih banyak konten eksploitatif. Di platform seperti TikTok, kita menyaksikan bagaimana orang-orang menampilkan diri dalam kondisi memprihatinkan untuk menciptakan efek simpati yang lebih kuat. Fenomena ini semakin mengkhawatirkan ketika kita melihat bagaimana empati yang tidak pada tempatnya bisa berakibat buruk, mencegah kita menolong orang-orang yang benar-benar membutuhkan. Lebih dari itu, kecenderungan berempati ini sering dimanipulasi untuk kepentingan pribadi tertentu. Perlu kita garis bawahi bahwasannya keseharian yang kita lakukan dapat membentuk perilaku dan karakter diri di kemudian hari. Maka dari itu, baik tindakan maupun informasi yang kita terima sudah seharusnya tetap didasarkan dengan moral dan logika yang semestinya. Jangan sampai tindakan yang kita lakukan mempengaruhi maupun membentuk karakter yang buruk baik bagi diri kita sendiri maupun bagi orang lain.
Bijak Menggunakan Media Sosial
Sebagai pengguna media sosial yang cerdas, kita perlu memahami bahwa pengaruh media sosial terhadap pola pikir masyarakat sangatlah besar. Karena itu, penting bagi kita untuk membangun filter digital yang kuat. Sebelum membagikan informasi, tanyakan pada diri sendiri: "Apakah ini bermanfaat? Apakah ini faktual? Apakah ini akan membantu orang lain?" . Media sosial telah mengubah cara kita hidup, berkomunikasi, dan bahkan membentuk karakter. Masa depan generasi muda Indonesia bergantung pada keputusan yang kita buat hari ini. Dengan memahami dampak media sosial dan mengambil langkah nyata untuk mengendalikannya, kita bisa memastikan teknologi menjadi alat untuk kemajuan, bukan penghalang perkembangan karakter bangsa Indonesia.