Mohon tunggu...
Fairuz Salsabila
Fairuz Salsabila Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

suka kucing

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Produktif Tanpa Lelah: Cegah Anemia, Jalani Hidup Penuh Energi!

24 September 2024   22:03 Diperbarui: 24 September 2024   22:08 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Dalam dunia yang penuh tuntutan dan harapan, kesehatan sering kali menjadi prioritas yang terabaikan. Rutinitas harian yang padat, mulai dari bekerja, kuliah, hingga aktivitas sosial, terkadang membuat kita lupa memperhatikan apa yang tubuh butuhkan. Kita semua tentu ingin meraih cita-cita, menjalani rutinitas dengan energi yang melimpah, dan menikmati setiap momen kehidupan. Namun, bayangkan bagaimana rasanya jika harus terjebak dalam tubuh yang lemah dan lesu, di mana bahkan langkah kecil terasa berat. Ketika lelah telah menjadi teman akrab, kita seringkali mengabaikan sinyal-sinyal tubuh yang mungkin menandakan masalah kesehatan yang dialami oleh tubuh. Dalam konteks ini, anemia muncul sebagai salah satu masalah kesehatan yang sering kali tidak disadari, meski dampaknya dapat menjalar hingga memengaruhi produktivitas dan kualitas hidup secara keseluruhan.

Anemia merupakan kondisi medis yang terjadi ketika tubuh kekurangan sel darah merah atau hemoglobin, zat yang memiliki peran vital dalam mengangkut oksigen ke seluruh jaringan tubuh. Ketika pasokan oksigen tidak mencukupi, tubuh menjadi rentan terhadap kelemahan, dan berbagai fungsi organ dapat terganggu. Akibatnya, aktivitas sehari-hari pun tidak dapat dijalani secara optimal. Menurut laporan dari World Health Organization (WHO), sekitar 24,8% populasi dunia menderita anemia, dengan angka yang terus meningkat, terutama di negara-negara berkembang seperti Indonesia. Data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menunjukkan bahwa prevalensi anemia pada remaja putri di Indonesia mencapai angka 32%. Angka ini tentu menjadi pengingat akan pentingnya kesadaran terhadap kesehatan, khususnya dalam memastikan asupan nutrisi yang tepat dan seimbang.

Pada era modern saat ini, anemia masih menjadi isu yang serius, terutama di kalangan generasi muda. Pola hidup dan kebiasaan pemilihan makanan yang tidak sehat merupakan faktor utama yang menyebabkan peningkatan kasus anemia. Banyak remaja, khususnya perempuan, terjebak dalam upaya untuk mencapai tubuh ideal, sehingga sering kali mengabaikan asupan nutrisi yang penting. Kebiasaan melakukan diet ekstrem yang rendah akan zat besi, vitamin B12, dan asam folat dapat memperburuk kondisi ini. Zat besi, sebagai komponen kunci dalam pembentukan sel darah merah yang sehat, sangat penting untuk diperhatikan. Sebab, tanpa asupan yang cukup, tubuh tentu akan kesulitan dalam memproduksi sel darah merah secara efisien.

Lebih lanjut, kebiasaan memilih makanan cepat saji yang minim gizi dan tinggi kalori juga turut memperburuk situasi ini. Saat ini, di mana kepraktisan menjadi nilai utama, banyak anak muda yang pada akhirnya melupakan pentingnya nutrisi yang seimbang. Data menunjukkan bahwa banyak remaja kurang mendapatkan asupan nutrisi yang penting, seperti sayuran hijau, buah-buahan, dan protein hewani. Ketidakcermatan dalam memilih makanan sehat ini tentu berpotensi fatal bagi kesehatan jangka panjang, khususnya terhadap masalah kesehatan anemia.

Dampak anemia tidak hanya terasa di tingkat fisik, tetapi juga memiliki konsekuensi yang mendalam terhadap produktivitas dan kualitas hidup. Dalam dunia pendidikan, anemia dapat mengurangi kemampuan belajar dan berprestasi. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa anak-anak dan remaja yang mengalami anemia memiliki performa akademis yang lebih rendah dibandingkan mereka yang tidak. Selain itu, bagi para pekerja, anemia bisa menjadi penghalang yang signifikan dalam mencapai tujuan karir. Bayangkan, setiap hari seseorang datang ke kantor, tetapi tubuhnya terus-menerus merasa lelah dan lesu. Hal ini tidak hanya berdampak pada kinerja, tetapi juga bisa mengurangi motivasi dan semangat kerja. Dalam jangka panjang, anemia dapat merusak hubungan sosial. Ketika kelelahan melanda, individu cenderung menarik diri dari aktivitas sosial, kehilangan kesempatan untuk bersosialisasi dan membangun relasi yang bermakna. Kesehatan mental pun bisa terpengaruh dengan munculnya rasa cemas dan depresi yang sering kali menyertai kondisi fisik yang lemah.

Gejala anemia juga sering kali terabaikan atau dianggap sepele, padahal penting untuk mengenali tanda-tanda ini agar bisa segera mengambil tindakan. Rasa lemas yang terus-menerus, pusing, detak jantung yang cepat, serta kulit yang tampak pucat bisa menjadi sinyal bahwa tubuh sedang tidak dalam kondisi yang baik. Selain itu, ada beberapa tanda lain yang mungkin tidak disadari, seperti rambut rontok dan kulit kering. Gejala-gejala anemia ini menegaskan betapa pentingnya melakukan deteksi dini untuk mencegah komplikasi yang lebih serius serta memastikan tubuh mendapatkan perawatan yang diperlukan.

Di Indonesia sendiri, pemerintah telah meluncurkan program Tablet Tambah Darah (TTD) untuk remaja putri dan ibu hamil sebagai langkah strategis untuk menurunkan angka anemia. Program ini sangat penting, terutama bagi kelompok rentan yang lebih mungkin mengalami anemia. Oleh karenanya, pencegahan serta penanganan anemia memerlukan perhatian, khususnya terhadap pola makan yang seimbang dan kaya akan zat besi. Konsumsi berbagai sumber zat besi, baik dari makanan hewani maupun nabati, menjadi kunci untuk mendukung produksi sel darah merah yang optimal. Selain itu, mengombinasikan zat besi dengan vitamin C dari buah-buahan segar juga dapat meningkatkan penyerapan zat besi dalam tubuh. Jika asupan makanan tidak mencukupi, suplemen zat besi, terutama bagi remaja putri dan ibu hamil, bisa menjadi pilihan yang tepat. Selain itu, rutin melakukan pemeriksaan kesehatan juga sangat penting untuk memantau kadar hemoglobin dan status zat besi dalam tubuh.

Di samping itu, aktivitas fisik, seperti berolahraga secara teratur juga dapat berfungsi sebagai langkah pencegahan yang efektif terhadap anemia dan berbagai masalah kesehatan lainnya. Namun, tidak cukup sampai di situ, kesadaran tentang pentingnya gizi seimbang tetap masih perlu ditingkatkan. Oleh karenanya, edukasi melalui media sosial dan kampanye kesehatan juga diperlukan untuk dapat membantu meningkatkan pemahaman masyarakat tentang bahaya anemia dan pentingnya asupan nutrisi yang baik. Melalui langkah-langkah ini, kita dapat mencegah dan mengatasi anemia serta menjaga kesehatan dan energi yang diperlukan untuk menjalani aktivitas sehari-hari.

Sudah saatnya kita berkomitmen menjaga kesehatan agar rasa lelah tidak lagi mengganggu aktivitas sehari-hari. Dengan mengenali gejala, menjaga pola makan yang sehat, dan rutin berolahraga, kita dapat mencegah anemia serta menjalani hidupan yang lebih bertenaga. Setiap individu berhak meraih mimpi dan menjalani hidup yang produktif. Bersama, kita bisa menciptakan masa depan yang lebih cerah dan semangat!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun