Keesokan harinya, ada coaching class untuk para peserta menari dan melukis di pagi hari, dan coaching stage act untuk semua peserta setelah makan siang. Sesi coaching stage act dibawakan oleh Anton Mirsaputra dari grup acapella Jamaica Cafe. Mas Anton sendiri menyandang disabilitas fisik. Sejak Mas Anton kecil, beliau belajar di sekolah luar biasa sampai kelas 4. Kedua orangtuanya lalu menyekolahkan Mas Anton di sekolah umum mulai dari kelas 5. Karena Mas Anton suka musik, beliau membuat grup acapella Jamaica Cafe bersama keempat anggota lain.
Di Panggung Talenta ini Mas Anton adalah pelatih kami, sekaligus juri bersama Denny Malik (penari dan koreografi) dan Nirina Zubir (aktris). Kriteria Mas Anton terhadap Panggung Talenta adalah memperlakukan acara itu seperti kompetisi seni lainnya yang bukan untuk individu dengan disabilitas. "Saya dan juri lainnya sepakat bahwa kita harus memperlakukan mereka bukan sebagai individu dengan disabilitas. Di kompetisi, ada yang lolos dan ada yang tidak lolos. Peserta yang belum lolos itu kami artikan bukan tidak bagus, tapi kurang siap/belum siap untuk lolos ke babak berikutnya. Harapan saya dengan diadakannya Panggung Talenta, orang-orang dengan disabilitas dilihat dunia dan dilihat banyak orang," kata Mas Anton.
Tips-tips yang dibagikan kepada kami di adalah: Saat tampil di panggung, jangan melihat juri (karena akan membuat peserta menjadi gugup), tapi lihatlah ke arah penonton. Ajak penonton untuk "berinteraksi" dengan kita, senyum bila membawakan lagu yang berirama ceria, dan mampu menginterpretasi lagu, atau mengerti cerita di balik lagu agar kita bisa menyesuaikan emosi kita saat melakukan pertunjukan.
Khusus untuk para individu dengan disabilitas, Mas Anton berpesan, "jangan pernah menyerah. Apa yang kita lalui itu sama dengan yang orang "normal" lalui. Kesulitan itu sama untuk semua orang. Jalan terjalnya sama. Jalan kesuksesannya pun sama. Jadi kita benar-benar mesti cari kesempatan saja. Setiap kesempatan harus diambil."
Di jadwal coaching selanjutnya, Â kami dipertemukan dengan tiga tokoh musik legendaris yakni Dewi Yull, Ita Purnamasari, dan Dwiky Darmawan (suami Kak Ita). Ibu Dewi memotivasi kami dengan mengatakan bahwa para individu dengan disabilitas mampu menjadi sukses di kemudian hari. Ibu Dewi sendiri adalah ibu dari empat anak. Dua diantaranya tunarungu. Beliau ingin suatu hari kami sukses seperti anak-anaknya. Setelah memotivasi kami, beliau mengajak kami bernyanyi bersama.Â
Setelah itu, Â kami mendatangi Kak Ita dan Pak Dwiki di kursus musik mereka, yakni Farabi Music Studio untuk sesi unjuk bakat. Beberapa dari kami merupakan penggemar berat Kak Ita. Satu persatu, para penyanyi dan musisi menampilkan lagu untuk eliminasi pertama menuju babak Final. Bahkan, Kak Ita ikut menyanyikan lagunya yang paling nge-top, Cintaku Padamu.Â
Hari keempat adalah hari santai bagi kami. Kami "ditraktir" makan siang di restoran di luar wisma. Para anggota Lions Club yang merupakan panitia dan penanggung jawab Panggung Talenta memang sangat baik dan perhatian kepada kami. Teman yang menggunakan kursi roda bahkan mendapatkan sumbangan kursi roda baru dari mereka.Â