Lingkungan ramah selalu kita inginkan ketika ingin belajar, bekerja, atau melakukan hal lain asal pemilik dan para karyawan sabar dengan kita. Apalagi saya dan teman-teman saya yang didiagnosis autis berharap banyak lingkungan kerja yang dapat menerima kita untuk magang dan kerja.
    Ketika saya ke Singapura untuk menjenguk adik saya, paman saya yang juga tinggal di sana memberitahu soal Lina's Cafe yang berlokasi di Bugis. Saya jadi penasaran, apa itu? Ternyata Lina's Cafe adalah kafe ramah autis. Pasti banyak yang menyangka, pemiliknya individu autisme.Â
Saya di Dalam Lina's Cafe
Nyatanya, kafe ini didirikan pada 2017 oleh para caregiver yang sangat perhatian pada para individu autis. Para caregiver ini terlibat dalam FACT (Friends of Autism Charitable Trust), yang menjadi yayasan untuk mendukung para caregivers individu autistik di 2019. Bahkan, FACT sudah disetujui oleh Kementrian Sosial dan Perkembangan Keluarga (Bahasa Inggris: Ministry of Social and Family Development) pada 24 Juni 2020.
    Pada hari terakhir saya di Singapura, saya berkesempatan pergi ke kafe tersebut. Kafe tersebut menjual makanan Asia seperti Mie Rebus, Mie Goreng, Laksa Goreng, dan Kway Teow Goreng, makanan Barat seperti Pasta Aglio Olio (bisa pilih pakai ayam atau ikan), salad, French Fries dan Cheeseburger, kue seperti Red Velvet Nutella, Sea Salted Caramel, dan Tiramisu, serta minuman seperti teh susu, teh merah, dan the hijau. Alhamdullillah, selain ramah autis, semua menu di kafe ini 100% halal/ramah muslim.
  Lina's Cafe juga menjual produk-produk buatan mereka, seperti masker, pouch, dan pin. Saya sendiri membeli gantungan kunci, tapi produk-produk mereka sangat kreatif. Saya jadi rindu ikut pameran Autism Awareness bersama teman-temanku yang sesama autistik.Â

Produk-Produk Buatan Anak-Anak Autistik di Lina's Cafe
"Kafe ini sudah berdiri sejak 2017. Jadi sudah empat tahun beroperasi. Kami mempunyai Instagram jika ingin melihat seisi kafe," kata Bu Zima, salah satu caregiver yang menjalani Lina's Cafe. "Saat mulai bekerja sebagai caregiver, kami memahami beberapa tantangan yang kami hadapi dalam membawa anak-anak makan ketika mereka dinilai masyarakat, karena masyarakat kadang-kadang memahami penyebab anak-anak tersebut bereaksi tidak jelas, seperti tantrum dan berteriak di depan publik. Karena itu, kami para caregivers tidak selalu keluar rumah karena tantangan ini, apalagi para orangtua ABK mendapat teguran dari komunitas autis, gegara tidak menjaga anak mereka dengan sangat baik. Tantangan itulah yang menjadi alasan kami membuka kafe yang bebas dari penilaian, sekaligus aman untuk masyarakat supaya mereka dapat makan tanpa harus dinilai orang."
 "Banyak kesadaran (awareness) telah dilakukan. Setiap tahun kami mengadakan acara penggalangan dana," kata Bu Zima lagi."Pesan saya, jadilah diri kalian sendiri. Jangan cemas. Masing-masing dari kalian harus bangga pada diri kalian sendiri."

Saya dan Bu Zima, Salah Satu Caregiver di Lina's Cafe
 Secara keseluruhan, saya suka mengunjungi dan makan siang di Lina's Cafe. Saya merasa santai dan nyaman. Jika saya ke Singapura lagi, saya ingin sekali mengunjungi Lina's Cafe lagi. Harapan saya, semoga Lina's Cafe tetap berdiri dan dapat memberi banyak kesadaran ke masyarakat mengenai para individu autistik.
***