Setiap orang mampu bekarya, juga anak-anak autis. Walaupun tidak terlahir sempurna, mereka mempunyai kelebihan masing-masing, dan salah satu bakat yang biasa mereka punya adalah kreativitas. Pada 27 Juli 2019, Museum MACAN---Museum of Modern and Contemporary Art Nusantara---bekerja sama dengan Rumah Autis dan Travel For Change ---program CSR Panorama Foundation---membuat workshop Art Beyond Boundaries---Seni Melampaui Keterbatasan Dengan Berkarya.
Saya dan sahabat saya, Ruben Rayhan Rotty, diundang untuk mengajari anak-anak dari empat rumah autis. Ada empat anak dari Rumah Autis Tanjung Priok, lima anak dari Bogor, tujuh anak dari Depok, dan lima anak dari Gunung Putri. Juga dua anak autis dari sekolah umum. Secara keseluruhan, jumlah murid yang ikut 23.
Saya dan Ruben memiliki tugas berbeda dalam mengedukasi mereka. Ruben mengajarkan cara menggambar dan bekarya dalam sesi Bentuk dan Lukiskan.Â
Setiap murid boleh meminta Ruben, remaja 19 tahun, menggambar benda yang ingin mereka buat, seperti mobil, rumah, gajah, dan kucing. Ketika Ruben menggambar, seluruh peserta dibagikan potongan kardus kecil, kertas, cat, dan PlayDoh tepung maizena untuk membuat karya seperti yang digambar Ruben atau imajinasi mereka.
 Setelah sesi Ruben selesai, saya mengajar para murid bercerita lewat presentasi Sampaikan Ceritamu. Pertama, saya menjelaskan apa itu bercerita. Kedua, menyampaikan materi perilaku kreatif. Terakhir, memberikan contoh-contoh membuat cerita, baik berdasarkan gambar Ruben, objek di auditorium tempat workshop berlangsung, maupun karya mereka yang baru saja selesai.Â
Kemudian para murid diberikan kertas kecil untuk menulis dan bercerita tentang kreasi yang tadi mereka buat. Ternyata semua peserta memang kreatif, baik dalam karya maupun tulisan.
Selesai acara, saya mewawancarai Ibu Aprina Murwanti, Kepala Edukasi dan Program Publik Museum MACAN.
Menurut Ibu Aprina, tujuan workshop ini adalah membuat program inklusif yang berguna untuk publik. Ini sesuai dengan misi Museum MACAN yaitu menggandeng  pengunjung berbagai jenis dan keterbatasan untuk mendapatkan edukasi lewat seni.
"Saya ingin membuktikan bahwa semua orang bisa bekarya, punya kesempatan untuk menampilkan karya, dan bisa mandiri pada masa depan. Untuk menyampaikan pada Indonesia bahwa kami punya beragam karakter," lanjut Ibu Aprina.Â