Mohon tunggu...
Javierra
Javierra Mohon Tunggu... Penulis

Hobi mengeksplorasi tempat-tempat baru dan memotretnya sehingga dapat dikenang dan menjadikan inspirasi dikemudian hari Contact person: 0882-6824-8115 (Fairuz), 0895-6201-44943 ( Nasrun)

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Kata yang Terlupa: Ketika Bahasa Tak Lagi Mengandung Rasa

16 April 2025   16:19 Diperbarui: 16 April 2025   16:19 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.pexels.com/id-id/foto/blok-surat-247819/

Bahasa Indonesia berkembang begitu cepat. Di satu sisi, kemajuan ini menandai kekayaan kreativitas, tapi di sisi lain, ia juga menunjukkan gejala kehilangan makna. Banyak kata lama yang perlahan menghilang dari percakapan sehari-hari. Bahkan, kata-kata yang dulu sarat makna kini terdengar asing, atau tergantikan oleh istilah asing yang lebih singkat dan dianggap "kekinian".

Kata yang Tertinggal

Kapan terakhir kali kamu mendengar kata "sanjung", "duka lara", atau "karsa"? Kata-kata itu dulunya menghiasi puisi, lagu, bahkan percakapan sehari-hari. Namun kini, mereka mengendap di sudut-sudut kamus, jarang disentuh, apalagi digunakan.

Sebaliknya, kosakata modern seperti "vibes", "healing", "triggered", dan "insecure" merajalela dalam kehidupan sehari-hari. Tidak ada yang salah dengan menyerap bahasa asing---bahasa memang bersifat dinamis. Tapi ketika bahasa sendiri kehilangan tempat di hati penuturnya, di situlah kita perlu refleksi.

Bahasa adalah Cermin Budaya

Bahasa tidak pernah berdiri sendiri. Ia mencerminkan cara berpikir dan cara hidup masyarakat. Ketika bahasa berubah, sering kali itu menandakan ada pergeseran nilai dan budaya. Misalnya, kata "tenggang rasa" yang sarat makna empati dan toleransi kini kalah populer dibanding frasa "toxic people" atau "cut off". Apakah ini berarti kita lebih cepat memutus hubungan daripada memahami?

Lebih jauh, ketika kita tak lagi memakai kata-kata seperti "angkara murka" atau "sakti mandraguna", kita bukan hanya meninggalkan kosa kata lama, tapi juga warisan naratif---cerita, legenda, dan cara berpikir nenek moyang kita.

https://www.pexels.com/id-id/foto/papan-scrabble-coklat-dengan-huruf-278887/
https://www.pexels.com/id-id/foto/papan-scrabble-coklat-dengan-huruf-278887/

Mengapa Kita Harus Peduli?

Bahasa adalah identitas. Ia adalah jembatan antara masa lalu dan masa kini. Ketika bahasa kehilangan rasa, kita berisiko kehilangan bagian penting dari jati diri kolektif sebagai bangsa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun