"Bayangkan kamu menggeser meja di kelas ini. Kalau meja digeser sejauh tiga langkah ke kanan, itulah translasi," jelasnya dengan semangat. Ia melanjutkan dengan contoh dilatasi, "Sedangkan memperbesar atau memperkecil ukuran gambar di ponsel adalah contoh dilatasi. Gampang, kan?" Â
Penjelasan ini disambut tawa dan anggukan para siswa, yang semakin bersemangat mengikuti pembelajaran. Kombinasi humor dan analogi yang relevan membuat materi terasa lebih nyata dan mudah dipahami. Â
Refleksi dan Rotasi: Belajar Lewat Visualisasi Menarik
Selanjutnya, giliran Nurfitriani yang memaparkan materi refleksi dengan bantuan cermin kecil. Dengan pendekatan visual, ia menunjukkan bagaimana bayangan terbentuk. Â
"Refleksi itu seperti kamu melihat bayangan di cermin. Objeknya sama, hanya posisinya terbalik," ujarnya sambil mempraktikkan di depan kelas. Â
Kemudian, Aura Wilma Mithaly menjelaskan rotasi dengan menggunakan jam dinding sebagai alat bantu. Â
"Bayangkan jarum jam bergerak dari angka 12 ke angka 3. Itu adalah rotasi, perputaran suatu objek pada titik tertentu," katanya. Siswa antusias dan memberikan tepuk tangan atas ilustrasi yang sederhana namun efektif. Â
Kuis Interaktif dan Praktik Langsung: Belajar Jadi Lebih Hidup
Untuk menggabungkan refleksi dan rotasi, kedua mahasiswa menciptakan kuis interaktif yang mengharuskan siswa mengidentifikasi jenis transformasi berdasarkan contoh yang diberikan. Dengan cara ini, siswa tidak hanya mendengar penjelasan tetapi juga langsung mempraktikkannya. Â
"Seru banget! Biasanya belajar matematika itu bikin pusing, tapi ini kayak main game," ujar salah satu siswa. Hal ini menciptakan suasana kelas yang hidup dan penuh energi positif.