Mohon tunggu...
Fairuz Azura
Fairuz Azura Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - MAN 1 Jember

hobi menonton film & mendengarkan musik

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Samudra Pasai: Jejak Peradaban Kerajaan Islam di Nusantara

25 Oktober 2024   21:31 Diperbarui: 25 Oktober 2024   21:43 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kerajaan Samudra Pasai merupakan Kerajaan islam yang terletak kira-kira 15 km di sebelah utara Lhokseumawe, Aceh. Kerajaan Samudra Pasai diperkirakan berkembang antara 1270-1275 atau abad ke-13 Masehi. Kerajaan ini didirikan oleh Merah Silu yang bergelar Sultan Malik as-Saleh, namun dalam beberapa pendapat juga mengatakan bahwa pendiri Samudera Pasai ialah Nazimuddin Al-Kamil seorang laksamana laut yang berasal dari Mesir yang kemudian mengangkat Merah Silu atau Sultan Malik az-Zahir sebagai pemimpin pertama atau raja pertama. Pada masa pemerintahan Sultan Malik as-Saleh, Kerajaan Samudra Pasai berkembang menjadi Kerajaan maritim yang kuat di Selat Malaka. Kemudian pada tahun 1297-1326 Sultan Malik as-Saleh digantikan oleh Sultan Malik az-Zahir sebagai pemimpin ke-2 nya. Pada masa ini Kerajaan Samudra Pasai Bersatu dengan Kerajaan Perlak setelah melakukan politik persahabatan dengan melakukan pernikahan dari kedua belah pihak kerajaan. Kerajaan ini memiliki bukti-bukti arkeologis tentang keberadaannya melalui makam raja-raja Pasai di kampung Gedong, Aceh Utara. Salah satu dari makam-makam tersebut terdapat nama Sultan Malik as-Saleh.

Kerajaan Samudra Pasai terletak di sepanjang Pantai barat laut Sumatera yang menghadap Selat Malaka, maka dari situ Kerajaan ini berkembang menjadi pusat penyebaran agama islam di Sumatera dan Malaka bahkan dikatakan sebagai Kerajaan islam pertama di Indonesia. Ketenaran budaya islam di masyarakat Aceh pada saat itu membuat Kerajaan Samudra Pasai memiliki julukan "Serambi Mekah". Selain alasan tersebut menurut Kitab Bustanul Salatin yang ditulis oleh Nuruddin ar-Raniri pada tahun 1636, didalam kitab tersebut mengatakan bahwa Aceh merupakan tempat Istimewa, dikatakan Istimewa karna Aceh menjadi tempat persinggahan jamaah haji sebelum berangkat menunaikan ibadah haji ke Mekkah.

Kerajaan ini memiliki struktur pemerintahan dengan dipimpin oleh seorang Sultan yang biasanya secara turun-temurun dan dianggap sebagai penguasa yang mendapatkan kekuasaan langsung dari Allah SWT. Disamping itu terdapat pejabat lain seperti Menteri Besar, Bendahara, Komandan Militer atau Panglima Angkatan laut yang lebih dikenal dengan gelar Laksamana, seorang sekretaris Kerajaan, seorang kepala Mahkamah Agama yang dinamakan Qadi, dan beberapa orang Syahbarar yang bertugas sebagai pengawas pedagang-pedagang asing.

terdapat pula beberapa jabatan lain, seperti Menteri Besar (Perdana Menteri atau Orang Kaya Besar), seorang Bendahara, seorang Komandan Militer atau Panglima Angkatan laut yang lebih dikenal dengan gelar Laksamana, seorang Sekretaris Kerajaan, seorang Kepala Mahkamah Agama yang dinamakan Qadi, dan beberapa orang Syahbandar yang mengepalai dan mengawasi pedagang-pedagang asing di kota-kota pelabuhan yang berada di bawah pengaruh kerajaan itu. Biasanya para Syahbandar ini juga menjabat sebagai penghubung antara sultan dan pedagang-pedagang asing. Dan sistem pemerintahannya didasari oleh hukum-hukum islam atau syariah islam.

Kerajaan ini juga mengembangkan suatu kehidupan yang menghasilkan karya tulis yang baik. Sekelompok minoritas kreatif berhasil memanfaatkan huruf Arab yang dibawa oleh agama Islam, untuk menulis karya mereka dalam bahasa Melayu. Inilah yang kemudian disebut sebagai bahasa Jawi, dan hurufnya disebut Arab Jawi. Di antara karya tulis tersebut adalah Hikayat Raja Pasai. Bagian awal teks ini diperkirakan ditulis sekitar tahun 1360 M. Hikayat raja pasai menandai dimulainya perkembangan sastra Melayu klasik di bumi nusantara. Bahasa Melayu tersebut kemudian juga digunakan oleh Syaikh Abdurrauf al-Singkili untuk menuliskan buku-bukunya.

Sejalan dengan itu, juga berkembang ilmu tasawuf. Di antara buku tasawuf yang diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu adalah Durru al-Manzum, karya Maulana Abu Ishak. Kitab ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu oleh Makhdum Patakan, atas permintaan dari Sultan Malaka. Ulama dari Timur tengah dan India, yang memiliki pengaruh besar dalam pemikiran tasawuf, turut menyebarkan ajaran tasawuf di Samudera Pasai. Tasawuf menjadi bagian dari spiritualitas masyarakat di kerajaan ini dan mengakar dalam budaya masyarakat hingga ke generasi berikutnya. Dalam kehidupan sehari - hari masyarakat mereka menekankan pada kesederhanaan, cinta kasih, dan kedekatan dengan Tuhan.

Faktor yang paling mempengaruhi perkembangan Samudera Pasai ada pada perekonomiannya. Karna letak geografisnya yang senantiasa dilewati pelayaran dan perdagangan internasional yang melalui Selat Malaka sejak awal Masehi. Blinken, Netanyahu, dan Transaksi Gaza dengan Imbalan Serangan ke Iran. Sejak abad ke-7, pada pedagang Muslim dari Arab, Persia, dan Timur Tengah, mulai memegang peran penting serta terlibat dalam jaringan pelayaran dan perdagangan internasional ke China. Perkembangan jaringan pelayaran dan perdagangan di wilayah Samudera Pasai juga disebabkan oleh upaya perkembangan kekuasaan Kerajaan Sriwijaya sejak abad ke-7. Setelah Kerajaan Sriwijaya di Palembang runtuh, ramainya pelayaran dan perdagangan yang melalui Selat Malaka menguntungkan bagi Samudera Pasai, yang kemudian tumbuh sebagai kerajaan maritim dan bandar transit. Keberadaan jaringan pelayaran dan perdagangan antarbangsa di Selat Malaka tertulis pada berita-berita China dan Arab. Para pedagang yang hadir di Samudera Pasai dari berbagai negeri, seperti Turki, Arab, Persia, Gujarat, Bengali, Melayu, Jawa, Siam, dan Kedah.

Di masa kepemimpinan Sultan Mahmud Malik Az Zahir, kerajaan ini mencapai puncak keemasan dan menjelma menjadi pusat perdagangan internasional. Kerajaan Samudera Pasai memiliki pengaruh atas pelabuhan-pelabuhan penting di ujung Sumatera, contohnya Pidie dan Perlak. Kerajaan Samudra Pasai sendiri menghasilkan komoditas perdagangan ekspor seperti lada, sutra, kapur barus, dan banyak barang lainnya karena pelabuhannya menjadi pengumpul berbagai barang dari banyak daerah. Setiap tahunnya, Samudera Pasai mampu mengekspor lada, sutra, kapur barus, dan emas dalam jumlah besar. Kerajaan juga mendapat penghasilan dari pajak barang-barang yang diekspor ataupun impor. Selain itu Kerajaan Samudra Pasai juga berhasil mencetak mata uang emas yang disebut dirham yang digunakan untuk bertransaksi secara resmi.

Kerajaan tersebut berjalan baik-baik saja hingga kemudian mengalami kemunduran hingga keruntuhan, berawal dari adanya konflik pada keluarga Kerajaan abad ke-14  karna memperebutkan kekuasaan, untuk menyelesaikan konflik, Sultan Pasai pada saat itu sempat meminta bantuan ke Kerajaan Malaka namun tidak membuahkan hasil. Kemudian diserangnya Kerajaan Samudra Pasai oleh Kerajaan Majapahit, dikarnakan pada saat itu Samudra Pasai merupakan Kerajaan yang menjadi pusat perdagangan strategis di Selat Malaka, selain itu serangan Majapahit terhadap Samudra Pasai juga didorong oleh perlakuan tidak pantas yang dilakukan oleh Sultan Ahmad Malik az-Zahir terhadap putri Majapahit, Raden Galuh Gemerancang.

Pada 1345-1350 penyerangan Kerajaan Majapahit dipimpin oleh Mahapatih Gajah Mada, awalnya mereka menyerang hingga perbatasan Perlak, namun hal tersebut gagal karna perbatasan tersebut dijaga ketat oleh pihak Samudra Pasai. Gajah Mada kemudian mencoba strategi lain dengan menyerang dari dua arah yakni laut dan darat, serangan tersebut tetap gagal namun pasukan Majapahit berhasil masuk kedalam istana setelah menginvasi laut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun