Mohon tunggu...
Fairus Farizki
Fairus Farizki Mohon Tunggu... Mahasiswa - Blogger

Lumos Maxima

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ihwal Problematika Pendidikan Indonesia dan Hubungannya dengan Fungsi dan Peran Mahasiswa

13 Oktober 2021   11:34 Diperbarui: 13 Oktober 2021   11:35 392
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kopas Coffee, Banguntapan, DI Yogyakarta. (Dokpri)

Pendahuluan

Pendidikan adalah aset utama yang harus lebih diperhatikan oleh negara. Majunya pendidikan adalah prasyarat majunya suatu bangsa. Negara yang pendidikannya maju sudah barang tentu akan menjamin mutu kesejahteraan masyarakatnya. Namun, jika membahas ihwal pendidikan sangatlah pasti semua orang terpaku pada sekolah-sekolah saja. Pandangan seperti itu sangatlah naif menurut saya. Pendidikan sangatlah luas maknanya, tidak hanya persoalan sekolah formal saja. Dimanapun tempatnya itu adalah sekolahmu, apapun perbincangannya itu adalah pelajaranmu, siapapun orangnya itu adalah gurumu. Kira-kira semacam itulah saya memaknai pendidikan sesungguhnya.

Maka bisa dipastikan sekolah sangat tidak menjamin kesuksesan, setidak-tidaknya bukanlah satu- satunya pilihan. Karena pendidikan di sekolah saja belum cukup untuk menjamin kualitas dan mutu kompetensi siswanya. Maka pendidikan di luar sekolah adalah paripurnanya, dan disinilah mahasiswa harus berperan. Mahasiswa adalah agent of change bagi masyarakat, mahasiswa harus turut andil dalam segala macam problema di dalam masyarakat, salah satunya ihwal pendidikan ini. Namun sayangnya, antar mahasiswa dengan pendidikan masih memiliki kesenjangan dalam keidealannya hingga saat ini, pun masih nihil solusi.

Problema Pendidikan dan Mahasiswa Indonesia

Harus kita akui bahwa pendidikan Indonesia sangat sarat akan masalah. Bagaimana tidak, Menurut PISA (Programme for International Student Assessment) yang bertugas menguji performa dan menilai pelajar di mata dunia, Indonesia menempati peringkat 74 dari 79 negara. Indonesia sangat tertinggal terutama dalam tiga bidang ; Matematika, sains dan minat literasi. Pendidikan formal sekolah pun sangatlah nihil akan tujuan utamanya. Sekolah sebagai lembaga formal pendidikan pun hanya sebagai tempat bernaung diri agar di masa depan mereka bisa bekerja di perusahaan-perusahaan terkemuka. Sekolah hanya menjadi budak bagi profesi-profesi tertentu. Kita menganggap bahwa jika kita bersekolah belasan tahun bisa dengan mudah bekerja di perusahaan-perusahaan tertentu dan mendapati banyak uang, lalu bahagia. Tetapi pada faktanya, tidaklah semudah itu. Sangatlah rendah jika pendidikan hanya beriorientasi kepada pekerjaan saja.

Sampai sini kita bisa memastikan bahwa pendidikan di Indonesia sangatlah problematis. Masalah semacam ini haruslah disadari oleh mahasiswa sebagai kaum terpelajar intelektual. Mahasiswa harus menjadi peranan penting dalam kasus ini. Namun sayangnya, lagi dan lagi, tak jarang pula para mahasiswa mempunyai mindset yang sama. Sebagian orang menganggap bahwa menjadi mahasiswa yang bernaung dalam universitas terkemuka akan sangat lebih mudah untuk mencari pekerjaan di masa hadapan. Sangat disayangkan mahasiswa harus kehilangan idealismenya sebagai agent of change masyarakat. Bagaimana bisa mahasiswa menjadi agen perubahan masyarakat jika terbawa arus dan tidak peduli ihwal masalah yang kompleks ini? Bagaimana bisa mahasiswa bertanggung jawab atas semua problema masyarakat jika mahasiswa harus kehilangan jati dirinya sebagai kaum terpelajar? Bagaimana bisa pendidikan Indonesia bisa lebih maju jika mahasiswa sebagai peran utama perubahan menjadikan orientasi pendidikan kepada finansial belaka?

Mahasiswa Sebagai Kunci Utama Perubahan

Kunci utama merubah segenap problema pendidikan menuju hal yang lebih menyejahterakan adalah mahasiswa. Hal ini memang bukanlah satu-satunya solusi, namun jika mahasiswa tidak mengambil peranan dan enggan untuk berkiprah dalam kemajuan, maka akan semakin tertinggallah pendidikan Indonesia, dan revolusi hanyalah sebuah karangan fiksi. Mahasiswa harus menyadari bahwa dirinya mengemban tugas yang sangat mulia, masyarakat luas sangat menggantungkan harapan kesejahteraan hidupnya kepada para mahasiswa. Sungguh pun anak belia berusia seumur jagung yang mengntip di sela-sela bilik rumah kumuhnya, pastilah amat teringin merasai membaca, menulis, dan berhitung seperti sanak kawannya yang lain. Maka secara kebhinekaan orang-orang semacam itu adalah tanggung jawab para mahasiswa.

Mahasiswa sebagai orang-orang terpelajar yang telah mengkonstitusi akal pikirannya yang merdeka serta memperoleh kesadaran penuh terhadap kesenjangan dalam dinamika masyarakat, haruslah mempertanggung jawabkan segala apa yang di perolehnya. Janganlah menjadi mahasiswa apatis yang menggantungkan semua ilmu pengetahuannya hanya sekedar untuk kepentingan dirinya sendiri. Apalagi dengan orang-orang yang jumawa dengan status nya sebagai mahasiswa perguruan tinggi elit terkemuka, menggaungkan almamaternya, lantas mengkultuskan dan merendahkan mereka yang tidak bisa dan tidak mampu seperti dirinya. Alih-alih menjadi mahasiswa berguna, sesungguhnya orang semacam itu lebih rendahlah daripada mereka yang direndahkan. Mereka yang tidak berkuliah, mereka yang putus sekolah, adalah tanggung jawab kita sebagai mahasiswa. Akal yang merdeka serta kesadaran ini haruslah dipertanggung jawabkan.

Setelah menyadari bahwa mahasiswa adalah peran utama dalam masalah ini, selanjutnya saya mempunyai solusi yang lain pula berdasarkan pengalaman pribadi. Saya mengikuti sebuah komunitas yang misi utamanya adalah mensyiarkan minat literasi kepada masyarakat-masyarakat awam. Di agendakan satu bulan dua kali untuk mengadakan acara perpustakaan keliling ke tiap-tiap madrasah, taman kanak-kanak dan pondok pesantren. Karena berdasarkan makna pendidikan yang saya sebutkan diatas, bahwasannya pendidikan bukan hanya ada di sekolah saja, namun bisa pula kita anyam pendidikan lewat agenda-agenda kecil semacam ini. Dimanapun tempatnya itu adalah sekolahmu, apapun perbincangannya itu adalah pelajaranmu, siapapun orangnya itu adalah gurumu. Dengan sebuah komitmen yang kuat agenda tersebut sudah berjalan kurang lebih dua tahun sampai saat ini. Banyak sekali berbagai macam testimoni yang kami perolah dari agenda tersebut, salah satunya mereka menyadari bahwa kegiatan membaca dan menulis sangatlah penting dan menyenangkan.

Saya menyadari satu hal setelah dua tahun bersua dengan komunitas tersebut, bahwa perubahan besar akan tercipta oleh perubahan-perubahan kecil yang semakin membesar. Berapa juta mahasiswa di Indonesia jika sebagian saja dari mereka melakukan suatu perubahan kecil secara bersama-sama, dimanapun mereka berada, berapapun orangnya, sekecil apapun bentuknya, maka perubahan besar akan senantiasa tercapai, dan pendidikan Indonesia pun akan menuju kepada sesuatu hal yang mencerahkan berkat para mahasiswa yang rela dengan senang hati melakukan perubahan-perubahan kecil. Perubahan kecil ini adalah suatu bentuk tanggung jawab mahasiswa sebagai agent of change bagi masyarakat, sebagai bentuk kepedulian mahasiswa kepada poblema sosial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun