Mohon tunggu...
Fairusyifa Dara
Fairusyifa Dara Mohon Tunggu... -

just me...

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Ketika Sayang Dijadikan Sebuah Alasan Untuk Kekerasan

26 Oktober 2014   05:37 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:43 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Beberapa hari lalu saya menonton sebuah film pendek tentang kekerasan dalam pacaran.

Melati adalah anak dari keluarga yang berada, namun ia selalu merasa kesepian karena kedua orangtuanya sibuk. Untuk menghilangkan kesepiannya ia menyibukan dirinya dengan kuliah dan bekerja. Hingga suatu hari ia bertemu dengan Jaka dan menjalin cinta dengannya. Saat itu Melati merasa ia tidak merasa kesepian lagi karena kehadiran Jaka dihari-harinya dan Jaka juga sangat menyayanginya.

Ternyata Melati salah, Jaka bukan seperti yang Melati bayangkan. Mungkin karena kedua orangtuanya sering bertengkar dan ayahnya memukul ibunya, Jaka juga jadi sering memukul, memaki, dan menghina Melati hanya karena kesalahan kecil yang dilakukan Melati, atau hanya karena permintaan Jaka tidak bisa dipenuhi oleh Melati. Bahkan Melati tidak boleh dekat dengan siapapun termasuk sahabatnya sendiri.  Tetapi Melati tetap saja sabar menghadapi tingkah laku Jaka. Anehnya setiap kali Jaka memukul dan melakukan kekerasan pada Melati, ia selalu meminta maaf dan mengatakan bahwa ia menyayanginya.  Hingga suatu hari Melati tidak tahan lagi dan cerita kepada sahabatnya. Tetapi ternyata Jaka tahu bahwa Melati menemui sahabatnya. Jaka marah besar dan memukul Melati di dalam mobil. Melati benar-benar sudah tidak tahan dan memutuskan hubungannya dengan Jaka.

Pada kasus Jaka dan Melati,Jaka memiliki sikap yang terbilang buruk, mungkin sikap yang dimiliki oleh Jaka terbentuk karena pengalaman di masa lalunya yang selalu melihat pertengkaran kedua orangtuanya, melihat ayahnya yang selalu memukul ibunya. Jadi Jaka berfikir bahwa memukul seseorang atau wanita itu tidak apa apa dan menerapkannya dalam kehidupannya. Pembentukan sikap ini dinamakan Clasical Conditioning. Dari pengalaman dimasa lalu tersebut juga membuat Jaka menjadi memiliki Self Esteem yang rendah.

Dan Melati pada awalnya mempresepsikan Jaka sebagai laki-laki yang baik, karena dapat mengisi kesepiannya dan selalu ada untuknya, tetapi ternyata presepsinya terhadap Jaka berubah karena ternyata Jaka suka memukul dan memarahinya. Melati memiliki Self Esteem yang tinggi yang menjadikan Melati memiliki sikap yang postif terhadap dirinya dan dapat menghadapi situasi sesulit apapun yang ia hadapi.

Terima Kasih :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun