Mohon tunggu...
Ahmad Fairozi
Ahmad Fairozi Mohon Tunggu... Swasta -

Pendiri Rumah Baca Indonesia (Rumah Baca ID), Suka menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Laboratorium Kaderisasi Sebagai Tawaran Konkret

24 Februari 2016   11:22 Diperbarui: 28 Februari 2017   22:01 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Foto pribadi"][/caption]

Oleh: Ahmad Fairozi*

Mengacu pada pernyataan tesis yang disampaikan oleh sahabat Tirmidi, yakni Kaderisasi PMII dari sudut pandang Al-Fatihah, Elan Vital Ber-PMII. Merenungkan apa yang telah kita alami dalam tahapan MAPABA, PKD, dan PKL yang dilakukan oleh PMII, menemukan bahwa elan vital ber-PMII terletak pada usaha terus menerus untuk melakukan dialektika antara rumusan NDP dan sistem pengkaderan. Artinya, bila masih terdapat sesosok atau beberapa orang yang senantiasa melakukan dialektika di dua domain ini, maka PMII tidak akan pernah kehilangan elan vitalnya di sepanjang zaman. Sebaliknya, bila sampai terjai krisis ketersediaan orang yang bersedia melakukan dialektika pada kedua domain itu, maka tidak akan lama lagi PMII akan tutup dan selanjutnya hanya akan menjadi fosil-fosil pergerakkan mahasiswa yang anteng di etalase-etalase ruang museum. (Tirmidi dalam Hitam Putih PMII; Refleksi Arah Juang Organisasi, 2014: 166).

Seperti yang penulis ungkapkan dalam artikel sebelumnya, (baca: Urgensi Laboratorium Kaderisasi Terhadap Pembentukan Kader), merupakan bagian dari sebuah rangkaian yang harus segera diterjemahkan menjadi lebih sederhana. Sebagai tawaran konkret, konsep laboratorium kaderisasi sebagai sebuah sub domain regional (yang bersifat khusus) tak lain adalah untuk menunjang pemahaman anggota maupun kader terhadap pola kaderisasi secara masif.

Kaderisasi yang pada dasarnya adalah dinamis, atau cenderung menyesuaikan zaman, maka menurut penulis, konsep laboratorium kaderisasi adalah sebuah jawaban atas kondisi yang demikian tersebut. agar supaya anggota maupun kader lebih mudah berinterkasi dan memahami yang menjadi tujuan dan nilai-nilai dasar pergerakan PMII. Disamping itu, cara paling mudah untuk berkomunikasi dan bersosialisasi salah satunya dengan konsep laboratorium kaderisasi.

Selama ini, kelemahan sebuah organisasi salah satunya terletak pada pola komunikasi itu dijalankan. Sebagai contoh; seberapa banyak anggota baru, atau kader non struktural di Rayon maupun Komisariat mengetahui segala informasi yang hendak atau akan dilakukan kedepan? Banyak dari anggota maupun kader yang tidak tahu menahu tentang adanya informasi yang disampaikan, katakanlah datangnya informasi tersebut dari Pengurus Cabang misalkan. Artinya, ada rangkaian pola komunikasi yang putus dalam sosialisasi yang diterapkan.

Penulis akan sedikit bercerita tengtang kejadian yang pernah dialami. Pada saat menjadi Pengurus Cabang, penulis menyampaikan informasi baik kepada Pengurus Komisariat maupun Rayon di bawah koordinasi Pengurus Cabang waktu itu, adalah sosialisasi tentang pembuatan Kartu Tanda Anggota (KTA) PMII. Banyak dari anggota maupun kader yang notabene berada di luar struktural maupun yang berada di struktural PMII, baik Pengurus Komisariat maupun Pengurus Rayon banyak yang belum mengetahui akan adanya sosialisasi pembuatan KTA tersebut.

Sangat disayangkan hal yang demikian terjadi, penulis yang pada waktu itu menjadi pengurus cabang melakukan pengecekan atau survei terhadap beberapa anggota maupun kader, baik yang berada pada jajaran struktural maupun non struktural. Hasilnya, informasi tersebut banyak diantara yang penulis survei mengatakan tidak mengetahui adanya sosialisasi pembuatan KTA tersebut. Setelah mendapatkan hasil dari survei, penulis pada waktu itu melakukan klarifikasi terhadap pengurus struktural, yang intinya meminta penjelasan mengapa informasi tersebut belum banyak diketahui oleh anggota maupun kader? Jawabannya bervariasi, ada yang mengatakan masih belum sempat sosialisasi, liburan tengah smester, dan bahkan surat sosialisasinya hilang.

Namun hal demikian masih saja sering terjadi dan sangat lumrah dilakukan. Dengan adanya sebuah contoh permasalahan yang pernah terjadi, maka penulis sangat berharap bahwa konsep laboratorium kaderisasi ini mampu menjadi sebuah solusi konkret untuk mengatasi hal-hal yang demikian tersebut. agar, kesalahan-kesalahan atau lemahnya pola komunikasi kelembagaan maupun personal dapat sedikit teratasi dengan baik.

Pola komunikasi yang buruk akan mengakibatkan molornya sebuah perencanaan yang baik menjadi buruk pula. Jadi, dengan adanya contoh kasus diatas, maka semestinya sangat relevan jika penerapan solusi konkret berupa laboratorium kaderisasi diterapkan. Konsep tersebut adalah bagian dari elan vital ber-PMII seperti yang telah penulis kutip diatas, semoga dapat menginspirasi dan segera mungkin diterapkan sebagai bagian dari solusi sistem kaderisasi PMII.

Selain itu, laboratorium kaderisasi juga dapat menjadi lahan pengkajian sistem kaderisasi yang sesuai dengan domain regional masing-masing kampus maupun fakultas sebagai lahan kajian fakultatifnya. Maka dengan demikian, sistem kaderisasi yang dilakukan sebagai lahan penunjang terhadap keberhasilan kaderisasi mampu di tingkatkan sesuai dengan zaman dan periodenya masing-masing.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun