[caption caption="Foto Pribadi"][/caption]Kader merupakan harapan terbesar dalam menggerakkan roda-roda organisasinya (baca: kader), tanpa militansi kader, sebuah organisasi akan mengalami stagnasi gerakan yang berimplikasi terhadap kreativitas dan tingkat disiplin keilmuan lainnya.
Tumpuan organisasi terhadap gerak kader sangat ditentukan oleh dinamisasi sebuah organisasi dalam merangkai kegiatan sebagai implementasi dari sebuah tujuan bersama yang hendak dicapai.
Dengan matinya kreativitas dan disiplin keilmuan kader, menandakan bahwa organisasi tersebut mulai terindikasi racun idealisme yang akan meluluhlantakan militansi kader yang seharusnya menjadi citra dirinya. Hal tersebut merupakan awal, dimana organisasi tersebut dikategorikan sebagai organisasi yang miskin gagasan dan organisasi yang tidak sehat.
Seperti halnya Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), organisasi kemahasiswaan tersebut memiliki kader yang banyak dan tingkat militansinya tinggi, selain itu, loyalitas kader terhadap PMII sebagai karakter organisasi kemahasiswaa terbesar di Indonesia saat ini, merupakan bukti bahwa setiap organisasi bergantung pada dinamisasi dan gerak kader dalam mengukur ketercapaian tujuannya.
Namun, pada perjalanannya, tidak sedikit kader yang diinginkan oleh sebuah organisasi kemahasiswaan mengalami tingkat kejenuhan dalam berkreativitas, entah karena merasa sudah militan atau sedang dilema idealisme dan pragmatisme yang sangat memungkinkan terjadinya pengikisan tingkat militansi dan loyalitas terhadap organisasinya.
Dilema Idealisme
Kader yang seharusnya menjadi tumpuan utama organisasi untuk menggerakkan kreativitas sebagai dinamisasi sebuah organisasi menjadi dilema idealismenya. Beberapa faktor yang menyebabkan dilema tersebut merupakan hal paling dasar, yakni militansi kader yang mulai terkikis pragmatisme sesaat yang tidak memberikan kemanfaatan pada dirinya sebagai mahkluk sosial.
Mentalitas kader ikut berperan penting dalam rangka menumbuh kembangkan kreativitas tadi, artinya, citra diri sebagai kader sudah mulai pudar dengan miskinnya militansi kader terhadap organisasinya.
Disamping itu, loyalitas atau kesetiaan terhadap organisasinya merupakan bagian dari rasa idealisme kader untuk bersama-sama berjuang memajukan organisasinya dalam mencapai tujuan yang dicita-citakan.
Idealisme erat kaitannya dengan komitmet kader dalam memajukan organisasinya, itu artinya, bahwa loyalitas kader dan militansi kader diuji, sejauh mana kader sebagai penggerak organisasi mampu mendinamisasi organisasi menjadi sehat.
Dengan demikian, maka antara kader dengan wadahnya menjadi satu kesatuan yang tak bisa dipisahkan agar dapat mencapai tujuan secara kolektif sesuai dengan yang telah dicita-citakan.