Bos bersama saya memasuki Puskesmas tersebut. Bos langsung menemui pasien yang sedang sakit, sayapun diminta duduk di tempat berbaring pasien yang tidak digunakan, karena memang keadaan Puskesmas pada saat itu bisa dibilang cukup sepi pasien yang rawat inap, tempat saya duduk pun bersebelahan dengan si sakit tadi.
Karena saya tidak mengenal orang-orang di Puskesmas, tak ada yang mengajak saya ngobrol, akhirnya saya coba untuk mengawasi sekeliling ruangan tempat pasien biasa dirawat untuk menghilangkan rasa bosan.
Terlihat biasa dan tak ada yang spesial. Kondisi ruangan nya pun hampir sama dengan Puskesmas-puskesmas pada umumnya. Menjelang akhir dari segala pengamatan yang saya lakukan, tak disengaja saya melihat tulisan di bawah tempat saya duduk sedari tadi.
Tulis yang dicetak dengan cat hitam itupun bertuliskan begini. "PAJAK ROKOK. TAHUN 2015 DINAS KESEHATAN KAB. SUMENEP". Saya tak pikir panjang, langsung saya photo untuk saya abadikan pada smartphone saya ini.
Sesampainya di rumah bos, sayapun duduk sebentar lalu pamit pulang ke rumah, karena hari sudah hampir petang. Lalu pulanglah saya menggunakan motor. Alhamdulillah, selamat sampai tujuan akhir, yakni sampai pada rumah saya, pas setelah adzan Maghrib dikumandangkan di masjid-masjid.
Setelah sholat Maghrib, sayapun melihat hasil jepretan smartphone saya yang disengaja untuk memfoto tulisan tadi. Saya amati, saya renungkan dan saya coba pahami.
Sampai pada kesimpulan bahwa, ternyata rokok juga perduli akan kesehatan. Karena pajak rokok tadi, tempat berbaring orang yang sedang rawat inap di Puskesmas Bluto tersebut terfasilitasi dengan nyaman. Pada sisi tertentu, rokok secara tidak langsung juga menyokong kesehatan calon pasien Puskesmas Bluto tersebut dengan fasilitas biaya pajaknya kepada Pemerintah Daerah.
Artinya, rokok tidak hanya dinilai dari satu sisi seperti gambar-gambar pada kulit rokok yang menampilkan jika merokok itu sumber petaka berbagai macam jenis penyakit. Tapi disisi yang berada, rokok juga menyokong dan perduli akan kesehatan para pasien yang dirawat inap di Puskesmas Bluto tersebut.
Saya berpikir, tidak hanya di Puskesmas Bluto yang dibantu oleh pemerintah lewat pajak rokok. Banyak tempat lainnya yang juga ikut menikmati hasil pajak rokok yang sangat "mengerikan" sekali itu.
Sebut saja seperti beasiswa pada jenjang pendidikan, dan sponsor lainnya yang digelontorkan langsung dari hasil Corporate Social Responcibility (CSR) perusahaan rokok besar maupun kecil.