Di Madura, sudah sejak beberapa tahun terakhir ini terjadi pengerukan bukit, hal tersebut dipergunakan sebagai bahan timbunan dasar rumah. Selain itu, juga sedang marak penggalian batu untuk digiling halus menjadi pasir sebagai salah satu bahan bangunan rumah. Terkhusus di wilayah Kabupaten Sumenep.
Entah hal tersebut bahaya bagi flora, saya kurang paham. Hanya saja, bekas galian tersebut membuat gundul bukit yang sebelumnya hijau.
Regulasi pun masih belum dibuat oleh wakil kita di parlemen sana! Atau memang hal tersebut tidak seharusnya disikapi serius hingga ke parlemen, saya juga kurang paham.
Sebagai masyarakat awam, tentu saya berasumsi bahwa pengerukan dan penggalian tersebut lambat laun akan merusak flora yang ada. Sekali lagi, itu asumsi saya!
Saya juga berpikir, jika hal tersebut terjadi secara terus-menerus, dikhawatirkan akan banyak perbukitan yang beralih fungsi dari sebelumnya sebagai tempat flora bermetamorfosis ke lahan terbuka yang bisa saja dijadikan sebagai tempat berdirinya bangunan-bangunan.
Selain bukit semakin sempit, flora rusak, mungkin akan terjadi peningkatan suhu yang menyebabkan masalah semakin panasnya kota-kota di Madura dan mengakibatkan berkurangnya pasokan air tanah dan timbulnya kekeringan.
Bahkan, hal tersebut juga akan berdampak serius bagi kehidupan manusia ketika musim penghujan tiba, banjir akan semakin sulit dikendalikan!
Atau bahkan karena sudah tidak berimbangnya persebaran penduduk dengan jumlah lahan terbuka, akan juga terjadi penurunan tanah seperti halnya yang terjadi di kota-kota besar seperti di Jakarta dan lainnya.
Sekali lagi, bahasan di atas hanya sekedar asumsi saya. Ya.. itu hanyalah asumsi saya sebagai orang awam di pelosok pedesaan.
Bila kurang tepat mari kita diskusikan, bahkan atau perlu kita kaji lebih mendalam dalam forum-forum semi ilmiah atau juga forum ilmiah sekalipun. Atau jika salah sama sekali dipersilahkan untuk dikoreksi!
Sebab, bagaimana pun, Kota Madani, adalah Kota Masa Depan Madura.