Di era Milineal yang serba digital ini, pendidikan dihadapkan dengan tantangan baru yang sama sekali berbeda dengan era sebelumnya, ciri utama era ini adalah kecepatan dan keterbukaan akses informasi. Peserta didik kita bisa dengan mudah mengakses informasi apapun dimanapun dan kapanpun.
Lalu bagaimana agar jadi guru yang inspratif, menyenangkan dan tetap kekinian?
Pertama, Tentu saja harus bersedia mentransformasikan diri. Guru harus menyesuaikan diri dengan konteks kehidupan peserta didik, contohnya dengan tidak gagap teknoloi(Gaptek), bukankah akan lucu jika kita kalah cerdas dengan peserta didik dalam memanfaatkan teknologi informasi? Lalu kita menyalahkan keadaan atas hal ini.
Kedua, mengubah paradigma dalam mendidik, guru hari ini bukan lagi the only one sumber belajar di kelas. Peran guru sekarang ini lebih pada fasilitator dan motivator. Karena diera 4,0 peserta didik dapat dengan mudah mengakses inormasi yang jauh lebih lengkap dibandingkan yang dimiliki pendidik. Semua yang ada dibuku teks sudah tersedia lengkap di internet.
Ketiga , menggeser orientasi mendidik. Mindset yang sampai sekarang masih terbangun dimasyarakat adalah bahwa nilai akademik merupakan segalanya  dalam pendidikan.anak disebut pandai dan cerdas bila mendapat rangking satu. Sementara anak yang jauh dari rangking satu dianggap "kurang cerdas dan pandai" padahal jika mau jujur, capaian akademik tidak menjamin kesuksesan masa depan anak. ketika anak tidak pandai di satu bidang, tidak berarti dia tidak pandai disemua bidang. Stok pengetahuan yang berlimpah akan percuma jika tidak diimbangi dengn hard skill dan soft skills. Oleh karena itu pendidikan diera ini harus menitikberatkan skill untuk menopang karir peserta didik dimasa mendatang, apa yang menjadi kecenderungan, bakat, minat dan potensi peserta didik, itulah yang harus kita push terus menerus agar semakin berkembang.
Keempat, professional dan berintegritas, dua hal yang menjadi syarat syarat utama jika ingin menjadi guru yang sukses menjalankan tugasnya. Profesi guru membutuhkan keteguhan dan ketulusan hati serta panggilan jiwa. Hal ini tak lepas dari tanggung jawab ganda yang diemban guru, bahwa ia tidak hanya  bertanggung jawab mengantarkan anak didik sukses dalam hal akademik dan kehidupan , namun bertanggungjawab pula mengantarkan anak didik menjadi hamba yang Tuhan yang sebenaranya.
Kelima, memahami dunia peserta didik. Hal yang satu ini tidak kalah penting dalam membentuk menjadi guru yang menyenangkan. Bahwa kita harus menjadi mereka dengan itu kita akan memahami cara berfikirnya. Mengutip dari laman kompas.com , jika anda adalah guru pendidikan dasar (MI/Sd), maka maksimal kemampuan berfikir peserta didik anda berkonsentrasi 30-45 menit. Lebih dari itu, mereka akan kehilangan focus karena mulai jenuh. Oleh karenanya kita harus pintar membuat variasi pendekatan,model, metode dan teknik untuk mendorong diri terus belajar menguasai berbagai macam strategi agar pembelajaran menjadi dinamis ,aktif kreatif dan menyenangkan.
Pemahaman akan dunia peserta didik akan membuat guru mampu mengelola kelas yang tak tercerai dari realitas kehidupan. Karena sampai dengan saat ini, problem ini masih menghinggapi dunia kita. Pendidikan adalah satu hal dan kehidupan adalah hal yang lain, keduanya seperti tidak terkoneksi. (.Masdar H,2016)
Mengapa bisa begitu? Karena seringnya dunia nyata absen dari kelas kita. Pembelajaran kurang menyentuh problem dan perkembangan realitas kehidupan sekitar peserta didik. Gunakan contoh-contoh yang real dan sedang happening di dunia peserta didik gunakan bahasa mereka. Pahami bagaimana mereka berinteraksi dengan sesama,Apa yang mereka butuhkan dan apa yang menurut mereka menarik, jangan pelit menyelipkan humor dan pujian ditengah pembelajaran , jadilah bagian dari mereka (Sigit P, 2019)
Memahami dunia peserta didik juga membantu kita mengenal lebih dalam tentang mereka. Tak jarang kita setiap hari berinteraksi dengan mereka tapi tak mengetahui apa yang menjadi bakat dan minat mereka. Dengan mengenal mereka lebih dalam , kita akan semakin mudah memberikan bimbingan dan arahan kepada mereka.jangan sampai buruknya interaksi dilingkungan pendidikan menjadikan sekolah hanya sebagai tempat mengisi otak dan penalaran saja, bukan pembentukan watak dan kepribadian. (Azra, 1998)
Di era milineal ini peserta didik lebih suka dengan guru yang menghadirkan kemudahan bukan kesulitan. Oleh karena itu, seorang guru di samping harus menguasai dan memahami materi pembelajaran , guru juga dituntut menguasai ketrampilan-ketrampilan dasar dalam mengajar. seperti ketrampilan membuka dan menutup pembelajaran, ketrampilan menjelaskan , ketrampilan bertanya, ketrampilan melakukan variasi.ketrampilan membimbing.ketrampilan mengajar. Ketrampilan penguatan.