Radikalisasi di kalangan mahasiswa dapat menimbulkan dampak yang sangat merugikan, baik bagi individu mahasiswa itu sendiri, kampus, maupun masyarakat luas. Beberapa dampak utama dari radikalisasi adalah:
1. Terganggunya Proses Akademik dan Kebebasan Berpikir
Radikalisasi dapat merusak integritas akademik di kampus. Mahasiswa yang terpapar oleh ideologi radikal cenderung mengabaikan pemikiran kritis dan akademis, serta lebih mengutamakan dogma dan ideologi yang tidak fleksibel. Ini dapat menghambat perkembangan pemikiran mahasiswa, dan merusak atmosfer intelektual yang seharusnya berkembang di kampus.
Selain itu, kebebasan berbicara dan berpendapat, yang merupakan nilai inti dalam dunia akademik, bisa terganggu apabila kampus menjadi tempat yang dikuasai oleh kelompok-kelompok ekstremis yang menuntut konformitas dan keseragaman.
2. Radikalisasi Masyarakat Kampus
Kampus seharusnya menjadi tempat di mana berbagai pemikiran dan ideologi dapat dipertemukan dalam suasana yang penuh rasa hormat dan toleransi. Namun, radikalisasi dapat menciptakan polarisasi dalam masyarakat kampus, memecah belah antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lainnya. Hal ini dapat menciptakan ketegangan dan konflik di kampus, yang pada gilirannya juga akan mempengaruhi suasana sosial di luar kampus.
3. Potensi Terlibat dalam Aksi Kekerasan atau Terorisme
Mahasiswa yang terpapar radikalisasi dapat terjebak dalam jaringan terorisme atau organisasi kekerasan. Beberapa kasus di Indonesia menunjukkan bahwa individu-individu yang terlibat dalam kelompok radikal sering kali merupakan mahasiswa yang merasa kecewa atau teralienasi dari masyarakat. Radikalisasi ini bisa mengarah pada aksi-aksi kekerasan yang merugikan banyak pihak, baik dalam skala kecil maupun besar.
Perempuan dan Kaum muda target Ideal kelompok radikal
Fakta miris dari sejumlah tindakan terorisme di Indonesia adalah keterlibatan perempuan dan kelompok muda serta anak-anak dalam aksi bom bunuh diri seperti dalam tragedi Bom Surabaya 2018 lalu yang melibatkan satu keluarga (suami-istri dan empat anak).
Prof Musda Mulia dalam artikelnya Perempuan dalam Gerakan Terorisme menjelaskan bahwa tindakan terorisme di Indonesia terus mengalami perkembangan dalam hal pelakunya. Aksi teror bom bunuh diri banyak melibatkan perempuan dalam beberapa tahun terakhir. Alasan pelibatan perempuan dalam gerakan terorisme sangatlah beragam. Hal ini dikarenakan mereka bisa melakukan banyak peran antara lain sebagai educator (pendidik) keluarga untuk perpanjangan ideologi, agen perubahan, pendakwah, pengumpul dana, penyedia logistik, hingga pelaku bom bunuh diri.Â
Tidak hanya itu, kelompok muda (pelajar/mahasiswa) juga kerap menjadi sasaran perekrutan kelompok radikal. Usia muda yang identik dengan pancarian jati diri dan ketidakstabilan emosi kerap dimanfaatkan untuk menginfiltrasi ideologi radikal kepada kaum muda.Selain itu, kelompok muda yang berada dalam garis kemiskinan juga merupakan salah satu alasan utama mereka bergabung dengan organisasi radikal sehingga jihad diambil sebagai jalan pintas untuk mengakhiri penderitaan.
Upaya Mengatasi Radikalisasi di Kalangan Mahasiswa
Menghadapi radikalisasi di kalangan mahasiswa memerlukan pendekatan yang komprehensif dan melibatkan berbagai pihak, baik dari pihak kampus, pemerintah, maupun masyarakat. Beberapa langkah yang dapat diambil untuk mencegah radikalisasi di kalangan mahasiswa adalah: