Mohon tunggu...
Faiq Rahmatullah
Faiq Rahmatullah Mohon Tunggu... Editor - Mahasiswa/Unesa

Saya Programming + Multimedia

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Radikalisme di Kampus: Ancaman Terhadap Pemikiran Kritis dan Toleransi di Kalangan Mahasiswa

30 November 2024   14:10 Diperbarui: 30 November 2024   14:10 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia, dengan ragam suku, agama, dan budaya yang begitu beragam, telah lama dikenal sebagai negara yang mengedepankan prinsip kebhinnekaan dan toleransi. Namun, belakangan ini, muncul fenomena yang memprihatinkan, yakni radikalisasi dalam kalangan mahasiswa. Sebagai generasi penerus bangsa dan agen perubahan, mahasiswa seharusnya menjadi motor penggerak pembangunan yang mengedepankan pemikiran kritis, terbuka, dan berlandaskan pada nilai-nilai Pancasila. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, beberapa segmen mahasiswa justru terpapar oleh ideologi radikal yang bertentangan dengan semangat kebhinekaan dan toleransi yang menjadi dasar negara.

Radikalisasi di kalangan mahasiswa menjadi tantangan serius bagi negara. Sebagai individu yang masih dalam proses pencarian jati diri dan pembentukan pola pikir, mahasiswa rentan terhadap pengaruh-pengaruh yang dapat mengarahkan mereka pada ideologi ekstrem. Fenomena ini tidak hanya berbahaya bagi individu yang terpapar radikalisasi, tetapi juga dapat merusak iklim akademik di kampus, mengancam integritas bangsa, dan mengganggu rasa aman serta harmoni sosial di masyarakat.


Radikalisasi dalam Lingkup Mahasiswa: Apa Itu dan Mengapa Terjadi?

Radikalisasi di kalangan mahasiswa merujuk pada proses perubahan pandangan atau pola pikir mahasiswa yang semakin condong kepada ideologi yang ekstrem dan bertentangan dengan prinsip-prinsip demokrasi, toleransi, dan kebhinnekaan. Mahasiswa yang terpapar radikalisasi cenderung mengadopsi pemikiran yang sangat dogmatis dan rigid, dengan kecenderungan untuk menggunakan kekerasan atau tindakan yang melanggar hukum sebagai cara untuk mencapai tujuan ideologis atau politik.

Fenomena radikalisasi di kalangan mahasiswa bukanlah hal yang baru, namun dalam beberapa tahun terakhir, isu ini semakin mendapatkan perhatian publik. Banyaknya kasus mahasiswa yang terlibat dalam jaringan teroris, aksi kekerasan, atau gerakan-gerakan radikal di kampus-kampus menunjukkan adanya tren yang mengkhawatirkan. Namun, penting untuk dicatat bahwa radikalisasi bukan hanya soal adopsi ideologi ekstremis, melainkan juga tentang penurunan kemampuan mahasiswa untuk berpikir kritis, terbuka, dan menerima perbedaan.


Faktor Penyebab Radikalisasi di Kalangan Mahasiswa

Radikalisasi di kalangan mahasiswa tidak terjadi begitu saja. Terdapat beberapa faktor yang saling berinteraksi dan mempercepat proses ini. Faktor-faktor ini dapat berasal dari kondisi internal mahasiswa itu sendiri maupun lingkungan eksternal yang mempengaruhinya. Berikut adalah beberapa faktor utama yang dapat mendorong radikalisasi di kalangan mahasiswa:

1. Ketidakpuasan Terhadap Ketidakadilan Sosial dan Politik

Mahasiswa sering kali berada di garis depan dalam mengkritisi ketidakadilan sosial, politik, dan ekonomi. Namun, jika kritik-kritik ini tidak mendapatkan saluran yang konstruktif, atau jika mereka merasa suara mereka tidak didengar, maka ketidakpuasan tersebut bisa berkembang menjadi kecenderungan untuk mencari solusi radikal. Beberapa kelompok radikal sering memanfaatkan ketidakpuasan mahasiswa terhadap ketidakadilan sosial ini dengan menawarkan narasi perjuangan yang lebih "berani" dan "tegas", dengan menjanjikan perubahan sosial secara drastis.

2. Pengaruh Kelompok Ekstremis dan Organisasi Radikal

Kelompok-kelompok radikal yang memiliki agenda ideologi tertentu sering kali menargetkan mahasiswa sebagai basis perekrutan. Mahasiswa yang tengah mencari identitas dan tempat di dunia seringkali menjadi sasaran empuk bagi kelompok-kelompok ini. Mereka menawarkan rasa kebersamaan dan tujuan yang jelas melalui ideologi yang ekstrem. Kelompok-kelompok radikal, baik yang berbasis agama, politik, maupun ideologi lainnya, sering menggunakan media sosial, ceramah, atau pertemuan-pertemuan tertutup untuk menyebarkan ajaran mereka kepada mahasiswa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun