Desa-desa di Indonesia sering kali memiliki daya tarik wisata yang alami dan budaya yang kuat, yang bisa menjadi nilai jual utama dalam pariwisata halal. Wisatawan Muslim, baik domestik maupun internasional, semakin mencari destinasi yang tidak hanya menawarkan keindahan alam, tetapi juga memastikan bahwa kebutuhan halal mereka terpenuhi, seperti makanan halal, tempat ibadah, dan kenyamanan dalam mengikuti praktik keagamaan.
Kuliner merupakan bagian penting dari setiap perjalanan wisata. Bagi wisatawan Muslim, menikmati kuliner halal yang sesuai dengan syariat Islam menjadi prioritas utama. Desa Wonosari memiliki beragam potensi kuliner yang bisa dikembangkan menjadi daya tarik utama dalam halal tourism. Dengan kekayaan alamnya, desa ini mampu menghasilkan berbagai bahan pangan lokal yang segar dan alami, yang kemudian diolah menjadi hidangan lezat oleh UMKM setempat.
Dalam upaya mempertahankan warisan kuliner lokal sekaligus menciptakan peluang ekonomi, UMKM di Desa Wonosari berkembang dengan berbagai produk unik dan otentik. Dua di antaranya adalah Keripik Talas "Keripik Kabul" dan Jamu Tradisional yang berhasil merintis usaha mereka dari nol hingga dikenal masyarakat sekitar.Â
Di balik keripik talas renyah dan segelas jamu hangat yang menyegarkan, Mahasiswa-mahasiswi KKN 114 UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta berhasil menemukan kisah inspiratif dari dua perempuan tangguh di Desa Wonosari. Bu Puput, sang pencipta Keripik Kabul, dan Bu Tini, peracik jamu tradisional, membuktikan bahwa dengan semangat dan kegigihan, produk lokal bisa bersaing dan bahkan menjadi primadona.
Keripik Talas "Keripik Kabul": Dari Talas Jadi Emas
Siapa sangka, tumpukan talas yang tak laku menjadi awal mula lahirnya Keripik Talas "Keripik Kabul". Didirikan oleh Bu Puput pada tahun 2020, Keripik Talas "Keripik Kabul" merupakan salah satu contoh bagaimana produk lokal dapat diolah menjadi komoditas bernilai tinggi. Awal mula usaha ini cukup sederhana; Bu Puput awalnya hanya menjual talas mentah.Â
Namun, ketika stok talas yang tidak laku mulai menumpuk di rumah, seorang tetangga memberikan ide untuk mengolah talas menjadi keripik. Dengan semangat dan kreativitas, Bu Puput mulai belajar mengolah talas menjadi keripik yang lebih awet dan memiliki nilai jual yang lebih tinggi.
Uniknya, proses pembuatan keripik talas ini masih menggunakan cara tradisional, yakni digoreng menggunakan kayu. Cara ini tidak hanya menghasilkan rasa yang khas, tetapi juga menjadi nilai tambah tersendiri bagi produknya.
Produk dari Keripik Kabul termasuk beragam varian seperti keripik talas dengan rasa original, jagung manis, dan balado. Selain talas, usaha ini juga memproduksi keripik pisang dan singkong dalam berbagai varian rasa. Meskipun menghadapi kendala dalam modal, ketersediaan bahan, serta harga bahan yang fluktuatif, Bu Puput terus mengembangkan usahanya.Â
Saat ini, produk Keripik Kabul telah dipasarkan tidak hanya di toko-toko lokal, tetapi juga melalui platform online seperti Tokopedia. Kendati demikian, perizinan halal untuk produknya masih dalam proses, menunjukkan komitmen Bu Puput terhadap kualitas dan kepercayaan konsumen.
Jamu Tradisional Bu Tini: Warisan Leluhur di Era Modern