Mohon tunggu...
Faiqotul Lathifah
Faiqotul Lathifah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Islam Negari Maulana Malik Ibrahim Malang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Motivasi Belajar: Reward dan Punishment Mana yang Lebih Efektif?

30 September 2022   18:07 Diperbarui: 30 September 2022   18:09 1030
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pendidikan merupakan salah satu hal terpenting di dalam kehidupan manusia, hal ini memiliki artian bahwa setiap orang memiliki hak untuk selalu berkembang terutama di dalam pendidikan. Nah dalam perkembangan pendidikan tak dapat dipungkiri selalu ada masalah-masalah atau hambatan, baik di sistemnya, pengajar, sarana dan prasarana, peserta didik, dll. Masalah yang biasanya dialami oleh para peserta didik ini biasanya yakni rasa malas untuk belajar hal ini dikarenakan mereka kurang motivasi dalam belajar. Untuk mengatasi permasalahan tersebut serta sekaligus memberi motivasi belajar bagi siswa agar nantinya proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik dan lancar, maka diadakan upaya pencegahan dalam berbagai macam seperti peraturan-peraturan.Peraturan itu harus ditaati dan dilaksanakan oleh peserta didik demi meningkatkan kualitas dan prestasi belajar peserta didik. Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Oleh karena itu diperlukan stimulus untuk memotivasi siswa misalnya berupa rewards dan punishment. 

Reward dan punishment merupakan salah satu teori belajar yang berusia paling muda. Teori ini diciptakan oleh Burrhus Fredric Skinner (1904) beliau merupakan seorang psikolog terkemuka yang berasal dari Harvard University, beliau merupakan seorang penganut paham behaviorisme yang dianggap kontroversial, karena jika direnungkan dan dibandingkan dengan teori dan juga temuan riset psikologi kognitif, karakteristik yang terdapat dalam teori-teori behaviorisme tersebut memiliki banyak kelemahan. Dalam teori ini yang diambil dari percobaannya yang kemudian dikenal dengan istilah Operant Conditioning (pembiasaan perilaku respon). Tingkah laku pada dasarnya merupakan fungsi dari konsekuensi tingkah laku itu sendiri, yang mana apabila munculnya tingkah laku diikuti dengan sesuatu yang menyenangkan (reward), maka tingkah laku tersebut cenderung untuk diulang-ulang. Sebaliknya, bila munculnya tingkah laku itu diikuti dengan sesuatu yang tidak meyenangkan (punishment), maka tingkah laku tersebut cenderung tidak akan diulang. Ini menjelaskan bahwa pemberian reward dan punishment harus dapat diterapkan secara tepat dan efisein. Yang artinya penerapan reward dan punishment harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi peserta didik pada saat itu.

Pemberian reward ini dilakukan untuk lebih mengembangkan motivasi yang bersifat intrinsik dari motivasi ektrinsik, yang artinya peserta didik melakukan suatu perbuatan, maka perbuatan itu timbul dari kesadaran peserta didik itu sendiri. Dengan reward, juga diharapkan dapat membangun suatu hubungan yang positif antara guru dan peserta didik, karena reward merupakan bagian dari pada bentuk rasa cinta kasih sayang seorang guru kepada peserta didik. Seperti halnya yang telah disinggung di atas, bahwa reward di samping merupakan alat pendidikan represif yang menyenangkan, reward juga dapat menjadi pendorong atau motivasi bagi peserta didik untuk belajar lebih baik lagi.

Punishment diberikan sebagai usaha mengembalikan peserta didik ke arah yang baik dan memotivasinya menjadi pribadi yang lebih imajinatif, kreatif dan produktif. Punishment merupakan alat pendidikan, meskipun dapat menimbulkan penderitaan bagi peserta didik yang dihukum, namun juga dapat menjadi alat motivasi, alat pendorong untuk mempergiat aktivitas belajar peserta didik (meningkatkan motivasi belajar peserta didik). Ia berusaha untuk dapat selalu memenuhi tugas-tugas belajarnya, agar terhindar dari bahaya hukuman. Dengan adanya punishment itu diharapkan agar peserta didik dapat menyadari kesalahan yang diperbuatnya, sehingga peserta didik menjadi berhati-hati dalam mengambil tindakan.Punishment bisa dikatakan berhasil apabila dapat menimbulkan perasaan penyesalan akan perbuatan yang telah dilakukannya.

Pemberian reward dan punishment dapat memberikan pengaruh yang besar terhadap motivasi belajar siswa. Strategi guru dalam meningkatkan motivasi atau prestasi peserta didik dapat dilakukan dengan upaya mencari tahu secara terus menerus bagaimana seharusnya peserta didik itu belajar menggunakan metode yang menarik sesuai dengan situasi dan kondisi peserta didik. Strategi yang tepat akan mempengaruhi proses pembelajaran dan membuatnya semakin meningkat secara terus menerus hingga mencapai hasil yang maksimal. Untuk itu guru harus terus berupaya memotivasi peserta didik agar mereka lebih tertarik untuk mengikuti proses pembelajaran. Salah satu caranya yakni dengan cara memberikan reward dan punishment yang bersifat mendidik.

Reward dan punishment sebagai alat bantu pendidikan untuk mendapatkan umpan balik dari peserta didik akan terasa jika penerapannya tepat. Terlalu sering memberikan reward dan punishment juga tidak dibenarkan, karena hal itu akan menjadikan kebiasaan yang kurang menguntungkan dalam kegiatan belajar mengajar. Hal ini karena dikhawatirkan nantinya peserta didik giat belajar dan mengerjakan tugas hanya bila hasil kerjanya mendapatkan imbalan dari guru. Tetapi bila tidak ada imbalan peserta didik akan menjadi malas belajar dan tidak mau mengerjakan tugas. Akan lebih baik jika guru tidak memberitahukan terlebih dahulu kepada peserta didik sebelum ia menyelesaikan tugasnya dengan baik. Atau dengan kata lain reward bisa diberikan secara langsung kepada peserta didik yang menunjukkan prestasi kerjanya. Dengan begitu maka peserta didik akan merasa bangga karena hasil kerjanya dihargai baik itu berupa materi ataupun pujian yang diberikan oleh guru. Hal itu juga dapat menjadi dorongan bagi peserta didik lain untuk turut berprestasi dalam belajar dan semua kegiatan sekolah.

Memberikan reward dan punishment dengan mudah akan menghilangkan nilai efektifitasnya, karena siswa akan menjadi jenuh dan tidak mempan dengan reward dan punishment tersebut. Oleh karena itu, ada kaitannya antara reward dan punishment yang bersifat mendidik sehingga dapat memberikan motivasi bagi peserta didik yang dalam kondisi prestasinya mulai menurun. Melihat hal ini baik guru maupun pihak sekolah harus mulai mencoba menerapkan pembelajaran dengan menggunakan reward dan punishment. Untuk  merangsang atau memunculkan motivasi dalam diri siswa sehingga hasil belajar yang diperoleh semakin maksimal.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun