Gelaran kompetensi paling bergensi di dunia adalah piala dunia yang digelar setiap empat tahun sekali. Ada yang unik pada gelaran pesta dunia kali ini, yaitu pertama kali diadakan di tanah arab yakni Qatar, negara muslim yang kecil namun menjadi negara terkaya di dunia karna sumber gas alam dan minyak bumi yang melimpah.
Namun banyak hal-hal besar yang bisa kita pelajari dari piala dunia 2022, tahun ini banyak sekali unsur-unsur diluar dari olahraga yang ternyata menjadi hal concern sebagai umat muslim dalam bersikap. Piala dunia tahun ini banyak disusupi oleh kepentingan-kepentingan yang tidak lagi pure tentang adu strategi, ketangkasan, taktik, dll dalam sebuah pagelaran seni olahraga bernama sepak bola. Ada agenda besar yang menumpang dalam pesta empat tahunan, yaitu agendanya para kaum LGBTQ+ (Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender, Queer, ++)
Banyak negara yang berpartisipasi dalam piala dunia 2022 ikut mendukung dan mengkampanyekan gerakan ini, meski Qatar sebagai negara muslim dan tuan rumah sudah membuat regulasi yang sangat tegas perihal aturan tersebut. Tapi masih saja para pendukung kaum tak bermoral itu mendesak agar diberikan kebebasan dalam menjalani kehidupan mereka yang freak. Penolakan demi penolakan datang dari negara-negara yang meminta Qatar untuk menghormati hak asasi manusia mereka, yang awalnya FIFA (Federation Internationale de Football Association) induk sepak bola dunia mendukung keputusan dan sikap Qatar, namun belakangan ini akhirnya mereka mengkritisi aturan tersebut setelah tiga negara yakni Inggris, Jerman, dan Denmark mengancam akan keluar dari keanggotaan mereka dari FIFA.
Sebelum itu Jerman memang sudah membuat ulah sejak awal, semenjak datang menggunakan pesawat yang mendukung gerakan abnormal hingga otoritas Qatar melarang pesawat mereka untuk mendarat dan dialihkan untuk mendarat di Oman guna mengganti pesawat. Tidak sampai disini, kemudian Jerman memaksa untuk menggunakan band captain dengan tulisan One Love yang merupakan identitas dari LGBTQ+. Regulasi dari tuan rumah masih mendominasi dan mau tidak mau Jerman harus mengikuti, tidak sampai disitu, ternyata dalam pertandingan yang mempertemukan Jerman vs Jepang tersebut, mereka berfoto dengan gaya menutup mulut -menandakan bahwa mereka dibungkam dalam hak asasi, pen- hingga kini kampanye kaum-kaum freak itu akan terus gencar untuk menaklukan siapa saja, menandakan mereka tidak menghargai prinsip dan hak asasi manusia lainnya.
Perbedaan Barat dan Timur
Dari peristiwa ini kita bisa berpikir akan keangkuhan, inkonsisten, dan sikap hipokrit yang diterapkan oleh orang-orang barat. Ternyata tabiat mereka adalah seperti itu individualisme, ingin menang sendiri, tidak peduli terhadap orang lain, dll. Maka dalam berkehidupan orang barat merasa hebat dan mampu untuk segalanya, berpendidikan, berorientasi, kaya dan demokratis (western, educated, industrialised, rich and democratic) atau dikenal dengan singkatan 'Weird'. Dengan keangkuhan inilah mereka akhirnya menjadi adidaya yang tak bermoral. Berbeda dengan orang-orang timur (Islam) dalam bersikap dan berkehidupan.
Orang timur adalah mereka-mereka yang senantiasa berpikir secara holistik dan kolektivisme dimana banyak mementingkan sekitar atau orang lain ketimbang dirinya lebih dahulu, prinsip ini yang melahirkan ilmuwan-ilmuwan muslim yang mendunia, dimana kesejahteraan dan kemajuan peradaban manusia harus dirasakan oleh manusia bukan hanya oleh golongan tertentu. Sebut saja Abbas ibn Firnas penemu prototype pesawat terbang pertama di dunia, Umar al-Kayyam matematikawan muslim ternama atau al-Khawarizmi, ada Ibn Haitsam atau Ibn Sahl, Jabir ibn Hayyan yang menjadi founding father dari kimia terapan penemu partikel atom dan isotope terkuat. Ini semua adalah hasil berpikir komprehensif yang diajarkan dalam Al-Quran untuk bagaimana kita mampu memberikan Rahmat dan kebermanfaatan dalam hidup.
Tapi saat ini kita perhatikan bahan ajar pendidikan kita seluruhnya berkiblat ke barat dan dipenuhi oleh orang-orang yang tidak beradab dalam memuliakan ilmu pengetahuan, tanpa kita sadari bahwa mereka telah banyak menyembunyikan fakta-fakta kunci sejarah. Karena berpikirnya orang barat adalah bagaimana mematenkan dan menjual ilmu pengetahuannya, sedangkan umat Islam berprinsip bahwa ilmu itu harus disebarluaskan tanpa harus dijual. Dari sini akhirnya mereka tidak segan untuk menutupi suatu peradaban gemilang hanya untuk menaikan derajat bangsa sendiri.
Bila kita melihat Qatar yang sebagai tuan rumah piala dunia 2022 menghabiskan 200 Miliar Dollar atau setara 3.404 Triliun untuk menggelar perhelatan besar yang ditontong hampir 3 Milyar pasang mata dari seluruh dunia, meski menjadi tuan rumah yang tersingkir lebih dahulu, namun esensi mendasar dari terselenggaranya kegiatan ini adalah Dakwah yang berhasil mereka sebarkan selama pesta dunia tersebut. Inilah umat Islam yang mampu berpikir secara holistik dan komprehensif sehingga menjadi Rahmat bagi seluruhnya, dan bukan sekedar menjadi tuang rumah piala dunia semata namun juga menjadi tuan rumah para ribuan mualaf pada gelaran pesta bola dunia tahun ini.
Tapi mirisnya dalam semua kitab ajar, sejarah perkembangan ilmu selalu "dilompati" dari zaman Yunani langsung ke abad 18. Yang menghilangkan abad ke 6 sampai abad ke 17, ada rekayasa besar dalam menutupi sejarah peradaban manusia dimana masa-masa sebelum itu seolah-olah lenyap tanpa bekas. Â Padahal peradaban yang baik adalah peradaban yang dibangun secara berkelanjutan dari generasi ke generasi dengan transparan tanpa ada pemutus, dan setiap zaman sangat mempengaruhi proses terciptanya peradaban.
Tidak membutuhkan waktu lama untuk umat Islam mampu menguasai dunia, George Sarton seorang saintis eropa mengatakan, penemuan islam itu luar biasa dan mamnpu menciptakan berbagai macam hal-hal baru yang hanya membutuhkan waktu kurang lebih sekitar 100 tahun lamanya dan akhirnya bisa memimpin dunia dengan berbagai macam kejayaan yang dicapai. Sedangkan barat membutuhkan waktu berabad-abad lamanya dalam memimpin dunia namun itupun menghasilkan kerusakan masyarakat dan menurunya moral manusia.