"Kenapa, Nak?" tanya ibu dan pak lurah bersamaan.
"Tidak apa-apa. Bibir Ani sakit kalau dibuat tersenyum.
Bapak, ibu dan pak lurah pun tertawa kecil.
Yang sangat dikhawatirkan pak lurah adalah gegar otak. Pak lurah tidak ingin ada warga desanya yang sakit parah. Oleh karena itu pak lurah meminta dokter puskesmas membuatkan rujukan untuk Ani agar diperiksa dengan alat yang lebih canggih seperti CT Scan.
Di tengah perjalanan, Ani muntah lagi. Satu jam kemudian mereka sampai di rumah sakit. Setelah antri dan menunggu di ruang IGD, akhirnya Ani diantar ke ruang CT Scan. Ani duduk di atas kursi roda. Ibu berjalan di samping kanan kursi roda. Bapak berjalan sambil bertanya-tanya dengan petugas yang mendorong kursi roda Ani.
Beberapa saat kemudian, mereka sampai di depan pintu yang bertuliskan 'Ruang CT Scan'. Di dalam ruangan tersebut ada meja dan alat sebuah terowongan berbentuk seperti donat besar.
Ani diminta untuk tidur telentang di atas meja di depan terowongan tersebut. Pelan-pelan meja tersebut masuk ke dalam terowongan. Tidak lama kemudian meja tersebut keluar lagi. Ani pun diminta turun dan kembali ke kursi roda.
Selanjutnya Ani, ibu dan bapak menunggu hasil CT Scan. Ani merasa lapar. Bapak pun segera membeli makanan dan minuman di kantin rumah sakit.
Setelah beberapa saat, dokter akhirnya datang untuk memberikan hasil CT Scan. Ani, ibu, dan bapak duduk di ruang tunggu dengan penuh kecemasan.
"Selamat malam," sapa dokter sambil tersenyum. "Hasil CT Scan menunjukkan bahwa Ani tidak mengalami gegar otak. Hanya ada beberapa memar ringan di bibirnya. Kami akan melakukan perawatan lebih lanjut untuk memastikan semuanya baik-baik saja."
Ibu dan bapak merasa sangat lega mendengar berita tersebut.