Mohon tunggu...
Faiq Aminuddin
Faiq Aminuddin Mohon Tunggu... Guru - Guru

pelayan pelajar Irsyaduth Thullab dan penulis lepas

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Misteri Muntah Darah

7 Oktober 2024   11:53 Diperbarui: 7 Oktober 2024   11:57 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Kalau yang hidup di perkampungan, itu namanya bukan serangga atau warga desa," sahut ibu bercanda.

Mereka bertiga pun tertawa bersama.

Ani sudah siap dengan helm kuning, kacamata kuning dan jaket kuning. Semua serba kuning. Kuning memang warna kesukaan Ani.

Ani sudah tahu kalau Samber Mata bisa menyebabkan iritasi mata. Jadi, Ani memastikan kaca matanya tidak ketinggalan. Ani juga tidak mau kulitnya gatal karena terkena serangga. Maka, memastikan resleting jaketnya sudah benar-benar rapat.

Serangga kecil-kecil itu biasanya tertarik dan meluncur ke arah sumber cahaya. Salah satu sumber cahaya yang diserbu Samber Mata adalah lampu sepeda motor dan mobil yang sedang melintas.

Perjalanan dari rumah Ani sampai rumah Eyang Kakung, biasanya butuh waktu sekitar setengah jam. Sore itu mereka berangkat dari rumah sekitar jam lima sore. Jadi, mereka akan sampai di rumah Eyang Kakung sekitar setengah enam.

Sebenarnya ibu usul agar mereka berangkat lebih siang. Tapi siang itu Ani ada kegiatan latihan pramuka di sekolah. Jadi, terpaksa mereka melakukan perjalanan di senja hari.

"Semoga perjalanan kami lancar. Semoga kami selamat di perjalanan. Amin." Ibu berdo'a dengan suara pelan sambil menyiapkan bingkisan.

Ibu memasukkan beberapa sisir pisang ke dalam tas keranjang. Beberapa hari yang lalu Bapak memanen setandan pisang dari kebun di belakang rumah. Pisang termasuk buah kesukaan Eyang Kakung. Ani juga suka pisang, apalagi pisang Emas yang berwarna kuning.

Bapak mengendarai sepeda motor dengan santai, tidak mengebut. Perjalanan terpaksa lebih pelan saat melewati jalan yang membelah persawahan. Beberapa badan jalan sudah berlubang.

Ngeng

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun