Muhammadiyah dalam tugas dan beban sejarahnya, dikenal sebagai organisasi Islam modern yang konsen menghilangkan Tahayul, Bid'ah dan Churafat (TBC). Sebagai suatu yang harus dijauhi oleh umat Islam, ketiga entitas tersebut karena dianggap sebagai penghambat kemajuan umat, serta menjadikan umat Islam terpuruk dan terkurung di dalam konsep-konsep atau pandangan mereka sendiri terhadap Tuhan, alam, dan hubungan sosial. Kepercayaan nyeleneh yang umat Islam anut, seperti adanya hari-hari yang tidak baik, kepemimpinan yang sudah digariskan, dan lain-lain. Masa awal Muhammadiyah menyulut seteru atau perlawanan terhadap TBC adalah ketika perilaku umat Islam dalam bentuk ritual-ritual yang tidak sesuai dengan ajaran agama Islam.
Permasalahan tersebut dimulai dari usaha Muhammadiyah dalam pemurnian ajaran Islam dari kepercayaan yang masih singkret dengan ajaran animisme dan dinamisme. Ritual-ritual tersebut yang semula bersifat budaya, kemudian menjadi bagian dari ajaran Islam yang tidak boleh ditinggalkan, sehingga menjadikan umat Islam semakin bergantung pada Tuhan dan usahanya sendiri. Untuk memahami kemurnian Islam, Muhammadiyah gigih memerangi TBC (Tahayul, Bid'ah, Churafat). Misi inilah yang kemudian mengantarkan Muhammadiyah memberantas festival-festival tradisional setempat. Sebagaimana tertuang dalam tujuan Muhammadiyah itu sendiri, yaitu. membina agama Islam sehingga dapat terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
Muhammadiyah juga merupakan gerakan dakwah amar ma'ruf nahi mungkar dan tajdid (pembaharuan) yang berlandaskan Al-Qur'an dan As-Sunnah. Maka wajar saja jika Muhammadiyah ingin mengajak masyarakat untuk menjauhi perbuatan-perbuatan yang tidak sesuai dengan syariat Islam seperti yang diajarkan Nabi Muhammad SAW. Apalagi pada zaman dahulu masyarakat sangat menganut ajaran nenek moyangnya, dan tentunya ajaran tersebut sangat berbeda dengan ajaran agama Islam. Menurut pendapat Ahmad Dahlan, penerapan ajaran Islam oleh umat Islam di Hindia Belanda (Indonesia) saat itu sangat melenceng dari ajaran Nabi SAW dalam Al-Qur'an dan Sunnah.
Permasalahan ini ditandai dengan adanya takhayul, bid'ah dan churofat (TBC) dalam kehidupan beragama umat Islam sehari-hari. Pada masa itu, masyarakat lebih fokus pada pelaksanaan adat istiadat yang menyimpang dari ajaran Islam dibandingkan pelaksanaan ajaran Islam itu sendiri. Tahayul artinya mengaitkan peristiwa yang dianggap aneh dengan sesuatu yang tidak ada dasarnya dalam ajaran Islam, bid'ah artinya ajaran baru, cara beribadah baru yang belum ada pada zaman Nabi SAW. Bid'ah adalah kesalahan dalam beribadah dan sesat yang mengarah ke neraka, sedangkan churafat hampir sama dengan tahayul, tetapi lebih dikaitkan dengan aqidah. Menganggap sesuatu memiliki kekuatan yang dapat mempengaruhi manusia. Churofat lebih dekat dengan kemusyrikan, sehingga sangat berbahaya dalam keimanan. Contoh tahayul adalah kepercayaan bahwa seseorang akan beruntung jika mengeluarkan kotoran cicak atau suara burung yang konon mendatangkan tamu, misalnya bid'ah adalah perayaan yang bertepatan dengan hari kelahiran. Nabi Muhammad SAW. Pada bulan Rabiul Awwal, tempat-tempat tertentu, sisa-sisa dan orang-orang baik, hidup dan mati, menerima tabarruk (berkah), sedangkan churafat misalnya, percaya pada kekuatan jimat, percaya bahwa hewan dapat membawa sial. kuburan dianggap suci. Faktanya, TBC masih banyak dipraktikkan dan diyakini dalam kehidupan saat ini. Apalagi, kini banyak orang yang menemukan kepercayaan terhadap lambang zodiak yang diyakini kebenarannya di media sosial. Masih banyak contoh lain terkait TBC yang masih diyakini.
Gerakan pemurnian Islam yang dilakukan oleh Muhammadiyah mengakibatkan banyak masyarakat yang tidak lagi mengikuti tradisi lokal seperti Tahlilan, Yasinan, Mitoni, Selapanan (tradisi yang berkaitan dengan rangkaian hidup dan mati) karena dianggap tidak sesuai dengan manhaj Muhammadiyah. Namun kegiatan ini sering dilakukan oleh orang-orang tertentu. Muhammadiyah percaya bahwa Allah melihat segala perbuatan kita dan akan mempertanggungjawabkannya di kemudian hari. Oleh karena itu, hendaknya warga muhammadiyah dapat menjadi teladan Rasulullah dalam kehidupan sehari-hari, menampilkan kepribadian yang baik yang dapat dijadikan teladan bagi umat Islam dan uswatun hasanah. Hanya dengan kembali pada ajaran agama yang murni di bawah bimbingan Rasulullah dan para sahabatnya, umat Islam yang merupakan mayoritas masyarakat Indonesia akan maju, namun ketika tahayul, bid'ah, dan churafat (TBC) menyebar, kemajuan tidak hanya akan berubah, namun semakin sulit dicapai, dan hanya mengundang murka dan kutukan Tuhan.
Saat ini, TBC masih bisa kita jumpai, terutama dalam berbagai ilmu bela diri, seperti pemujaan terhadap warisan yang mungkin membuat mereka kuat, kebal, dan pada hakikatnya jenius, atau juga terdapat ritual dan pantangan dalam praktik pencak silat sendiri atau ada yang meyakini puasa dan pembacaan ayat-ayat tertentu diyakini membuat kita kuat atau kebal, dan masih banyak kasus TBC yang ditimbulkan oleh aliran pencak silat. Oleh karena itu, Tapak Suci Ortom Muhammadiyah ingin menunjukkan bahwa pencak silat merupakan budaya Indonesia yang harus dilestarikan. Namun ikuti juga aturan sesuai agama Islam agar tetap pada keimanan yang benar. Tapak Suci Putera Muhammadiyah senantiasa hadir dalam upaya gerakan praktis pemberantasan penyakit TBC yang masih menjadi ciri khas masyarakat, dengan motto "Dengan iman dan akhlak kita menjadi kuat, tanpa iman dan akhlak kita menjadi lemah"
Faiqah Afgha Qamary, mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surabaya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H