Sejak tragedi kanjuruhan pada tanggal 1 Oktober 2022 liga persepakbolaan di tanah air menjadi sangat kacau. Banyak pihak yang banyak menyalahkan polisi dan banyak juga yang menyalahkan oknum suporter arema fc.Â
Selama pertandingan berlangsung oknum suporter arema fc saat itu pada saat pertandingan mau selesai ada oknum yang sengaja memasuki lapangan untuk melakukan protes dan saat itu juga polisi refleks menembakan gas air mata ke tribun penonton. Dan sejak saat itu sekitar 130 orang meninggal dunia karena berdesak-desakan dan tidak dapat keluar karena jumlah penonton yang sangat membeludak. Dan sejak saat itu dunia persepakbolaan menjadi sangat tidak kondusif.Â
Liga 1 saat itu sempat diberhentikan beberapa bulan untuk memastikan tersangka pada tragedi kanjuruhan tersebut. Polisi sempat memeriksa direktur dan manager dari arema fc untuk memastikan siapa tersangka dalang dari tragedi kanjuruhan tersebut.Â
Dan polisi telah menetapkan 6 tersangka dari tragedi kanjuruhan tersebut yakni Direktur Utama PT Liga Indonesia Baru (PT LIB) Ahmad Hadian Lukita,Ketua Panpel Arema FC Abdul Haris, Security Officer Suko Sutrisno, Kabag Operasi Polres Malang Kompol Wahyu Setyo Pramono, Danki III Brimob Polda Jawa Timur AKP Hasdarman, dan Kasat Samapta Polres Malang AKP Bambang Sidik Ahmadi. Keenam tersangka dari tragedi Kanjuruhan tersebut telah ditahan di Polda Jawa Timur.Â
Setelah kejadian tragedi Kanjuruhan Malang tersebut Liga 1 sudah bisa dimulai kembali. Kemudian pada hari Kamis tanggal 12 Januari 2023 PSSI melakukan rapat Komite Eksekutif di kantor PSSI di GBK Arena lantai 6 Senayan dan hasil dari sidang tersebut adalah PSSI memutuskan kompetisi liga 1 akan berakhir tanpa adanya degradasi dan PSSI pun memutuskan kompetisi liga 2 berhenti/tidak dilanjutkan. Karena beberapa pihak dari klub liga 2 yang menginginkan liga tidak dilanjutkan/berhenti karena alasan Sepakbola Indonesia seusai tragedi Kanjuruhan terkait sarana dan prasarana dinilai banyak yang tidak memenuhi syarat.Â
Dampak/efek dari berhentinya kompetisi liga 2 tersebut adalah banyak pemain bola yang bermain di liga 2 yang susah untuk menghidupi kehidupan mereka. Dan banyak juga klub dari liga 2 dan 3 yang susah mencari sponsor untuk bisa mengembangkan klub mereka. Dampak dari berhentinya liga 2 dan liga 3 tersebut juga  perekonomian di setiap kota atau kabupaten susah mencari dana untuk mengembangkan stadion.Â
Dan masyarakat-masyarakat disekitar stadion juga susah mencari pendapatan. Jika kompetisi Liga 2 dan 3 berlangsung maka perekonomian disekitar stadion tempat berlangsungnya sepak bola tersebut akan berjalan dengan baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H