Mohon tunggu...
Irfai Moeslim
Irfai Moeslim Mohon Tunggu... Penulis - Author

menulis adalah gaya hidup, menulis untuk mencetak sejarah, dengan menulis kita bisa merubah dunia. Menulislah maka kamu ada | Pemerhati Pendidikan, Sosial, Politik, Keagamaan |

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Manuver Politik Prabowo

23 Mei 2014   15:14 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:12 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pergulatan Politik di negeri ini memang sedang menarik dicermati. Sampai-sampai tukang becak dan pengamen pun ikut membicarakan masalah politik. Begitu juga dengan saya, selalu mencermati berita-berita yang terjadi mengenai politik. Pilpres kali ini memang sangat asik untuk membicarakannya, karena terlepas dari incumbent. Pada suatu kesempatan lain juga saya mendengarkan perbincangan seorang anak dengan ayahnya. Dalam pembicaraan keduanya mulai lah ada perbedaan pandangan mengenai capres-cawapres yang menjadi pilihan mereka. Ayahnya mendukung Jokowi, sedangkan anaknya lebih memilih Prabowo. Mereka menunjukkan argumen-argumen masing-masing yang dirasa itu sebagai motivasi mereka untuk memilih capres-cawapres tersebut. Sampai-sampai perbincangan kali ini menyedot perhatian orang seisi rumah. Maklum saja, karena ini perbincangan antara anak dan ayahnya.

Dari kisah di atas,  menunjukkan bahwa animo masyarakat mengenai pilpres kali perlu diapresiasi. Rupanya masyarakat sudah mulai banyak tergugah agar tidak menjadi golput. Pilpres kali ini dapat menyedot perhatian masyarakat hingga mereka tergugah untuk memilih calon presiden yang dirasa baik menurutnya.

Kemarin, dalam pemberitaan yang beredar, bahwasanya Prabowo telah mendekati tokoh yang dulu digadang-gadang oleh Wiranto sebagai pasangan cawapresnya. Masyarakat pasti sudah mengenal dialah Hary Tanoesudibyo. Setelah mengajak Rhoma Irama, dan Mahfudh MD, kali ini manuver politik Prabowo kelihatannya sedang mencari dukungan tambahan baru, yaitu melalui Hary Tanoe. Dalam politik istilah mencari kawan untuk mencari dukungan memang pasti akan selalu ada. Karena di dalamnya ada kepentingan-kepentingan.

Apa yang Prabowo cari dari Hary Tanoe? Dalam pikiran saya mungkin Prabowo mendekatinya karena Hary Tanoe adalah pengusaha di industri media yang cukup besar. Akhir-akhir ini, perang pandangan, gagasan, dan ide di media sedang ramai dibicarakan. ini adalah sebuah langkah politik agar masyarakat tergiring oleh asumsi-asumsi yang sedang beredar di media. Perang itu bagi saya cukup mencolok mata. Artinya pencitraan habis-habisan yang setiap hari dilakukan media dapat menggiring opini publik terhadap capres tersebut. Akan tetapi, sebenarnya sebagai industri media, seharusnya haruslah bersikap netral atau kalaupun tidak bisa netral minimal berimbang. Tampilkanlah sosok-sosok capres tersebut dengan sajian yang tidak berat sebelah hanya mengungguli salah satu pasangan saja.

Terlepas dari itu semua, manuver-manuver yang dilakukan Prabowo sangat cepat. Artinya dia selalu membidik target-target yang sekiranya dapat mendulang kemenangannya menjadi capres. Orang-orang yang sekiranya memiliki pengaruh yang mana itu dapat meningkatkan angka pemilih terhadapnya. Saya kira ini hal yang wajar. Namun, perlu diingat, politik itu tidak hanya sekedar bermanuver dan mencari dukungan belaka, akan tetapi yang perlu digarisbawahi adalah bagaimana kelanjutannya ketika dia menjadi seorang capres, apakah program-programnya dapat terealisasikan ataukah sebaliknya.

Manuver memilih kawan dan lawan ini sangat penting. Ini juga dapat menentukan arah kebijakan yang nantinya akan dilakukan oleh Presiden ke depannya. Harapannya, semoga manuver apa pun yang dilakukan oleh seorang capres, itu tidak melepaskan dari masalah-masalah kepentingan bangsa. Permasalahan bangsa yang sangat kompleks, masyarakat yang heterogen, membutuhkan seorang pemimpin yang dapat diterima oleh semua kalangan, dan dapat mengemban amanah ini dengan baik. Semoga Indonesia menjadi negara yang beradab, beradab dalam politik, beradab dalam ekonomi, dan beradab dalam kemanusiaan.

wallahua'alam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun