Mohon tunggu...
Fahimatul Fikriyah
Fahimatul Fikriyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswi di Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim

tertarik menekuni bidang jurnalistik, fashion, sejarah, dan seni

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pacaran, Motivasi atau Hambatan dalam Belajar?

23 September 2022   22:06 Diperbarui: 23 September 2022   22:11 3750
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Di era globalisasi yang semakin modern ini, kita seringkali menemui pasangan muda mudi yang tengah menjalin hubungan asmara dan sudah banyak dipertontonkan di tempat-tempat umum. Fenomena ini agaknya sangat marak dan bahkan sekarang terasa sangat lumrah karena begitu banyaknya remaja yang melakukannya. Lantas bagaimana awal mula pacaran itu tercipta?

Budaya pacaran sendiri memiliki asal usul yang bermula dari adat orang Melayu jaman dahulu, dimana kata 'pacaran' merujuk pada tanaman pacar atau inai yang dipakaikan pada sepasang muda mudi yang saling tertarik satu sama lain. Pemakaian daun pacar pada sepasang muda mudi ini adalah tanda keterikatan mereka sebelum dilaksanakannya pernikahan. Sebelum memakai tanda daun pacar ini, biasanya laki -- laki yang tertarik akan mengirimkan utusan berupa tim pantun kepada keluarga perempuan yang sedang disukainya. Jika pantun yang dibawakan oleh tim pantun tersebut mendapat balasan dari pihak perempuan, maka kedua pasangan ini akan dipakaikan daun pacar itu. Hal tersebut dilakukan untuk menandai adanya keterikatan antara mereka, dan biasanya tanda ini akan hilang sekitar 3 bulan setelahnya. Oleh karena itu, dalam jangka waktu 3 bulan tersebut, pihak laki -- laki harus mempersiapkan lamarannya, karena jika nanti tanda daun pacar tersebut hilang, maka pihak perempuan diperbolehkan untuk menerima pinangan dari lelaki lain.

Dari kisah dan asal muasal tersebut, maka kata pacaran dianggap sebagai tanda adanya suatu hubungan yang terikat antara laki -- laki dan perempuan yang saling tertarik sebelum masuk ke jenjang pernikahan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI, kata pacaran bermakna teman lawan jenis yang tetap dan mempunyai hubungan berdasarkan cinta kasih; kekasih. Sedangkan menurut Degenova & Rice (2005, hlm. 112) "Pacaran adalah menjalankan suatu hubungan di mana dua orang bertemu dan melakukan serangkaian aktivitas bersama agar dapat mengenal satu sama lain".  Dari kedua pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan jika pacaran adalah suatu hubungan yang mengikat sepasang laki -- laki dan perempuan yang memiliki perasaan suka atau cinta kasih antara satu sama lain sebelum adanya ikatan resmi pernikahan.

Namun sayangnya, sekarang banyak sekali kita jumpai sepasang siswa yang masih dibawah umur sudah menjalani hubungan berpacaran dengan lawan jenisnya, dan fenomena ini agaknya sudah terlihat lumrah dan tidak mengejutkan bagi sebagian orang, ketika melihat siswa lelaki dan perempuan saling memadu kasih di tempat umum dan di jalan raya. Peristiwa ini pasti sedikit banyak akan mempengaruhi masa -- masa belajar mereka, karena mereka adalah seorang siswa yang sedang mengenyam pendidikan. Lalu bagaimanakah dampak dari berpacaran ini? Apakah hal ini bisa dianggap sebagai hambatan atau malah sebagai suatu motivasi bagi siswa yang melakukannya?

Menurut beberapa ahli, ada beberapa alasan yang mendasari remaja untuk berpacaran, beberapa diantaranya ialah :

  • Bentuk kreasi dan memperoleh hal yang disukai atau disenangi ( Degenova & Rice, 2005)
  • Bentuk dari proses sosialisasi yang melibatkan tolong menolong dan hal-hal yang dilakukan sebagaimana berteman dengan orang lain (Padgham & Bliyth dkk, 2003)
  • Menjalin hubungan keakraban antar lawan jenis yang menimbulkan kesempatan untuk dapat melakukan hubungan khusus dengan lawan jenis (Padgham & Bliyth, 2003)

Dari beberapa hal yang telah disebutkan diatas, maka dapat disimpulkan jika para remaja memiliki alasan yang mendasari kemauan mereka untuk melakukan hubungan berpacaran dengan lawan jenis. Beberapa dari mereka juga berpendapat jika dengan berpacaran mereka akan merasa lebih hidup, menghilangkan kejenuhan, hingga untuk mengetahui lebih dalam tentang kepribadian pasangannya sehingga nanti ketika menikah tidak harus menemui ketidakcocokan.

Namun masalahnya adalah, apakah dengan melakukan pacaran ini akan mendorong prestasi dan motivasi belajar siswa?, mengingat sekarang hubungan berpacaran sudah banyak dilakukan oleh siswa sekolah tingkatan awal hingga menengah keatas. Atau justru dengan adanya pacaran, maka hal ini menjadi faktor yang dapat menjatuhkan motivasi atau prestasi belajar sehingga menghambat proses belajar siswa tersebut?

Menurut artikel yang berasal dari website http://repository.unpas.ac.id/30073/5/BAB%20II.pdf menjelaskan terkait apa dampak baik dan buruk adanya fenomena pacaran di kalangan pelajar. Pacaran dapat memberikan dampak positif jika dilakukan dengan baik dan juga mengerti batasan -- batasan yang masih diperbolehkan sesuai norma yang berlaku. Contohnya seperti seorang siswi yang berpacaran dengan siswa yang pandai maka akan menghabiskan waktu bersama dengan belajar sekaligus saling bertemu, seperti layaknya pacaran pada umumnya.  Pada kondisi ini, siswi akan merasa tertarik dengan kepandaian pasangannya tersebut, sehingga ia akan berusaha untuk bisa menyamakan potensi dengan pasangannya itu. Selain itu, beberapa pasangan pelajar akan membuat suatu perjanjian dalam memberikan reward, contohnya jika salah satu dari mereka nilainya lebih tinggi di ulangan maka akan diberi coklat atau semacam hadiah kecil yang sewajarnya,sehingga hal ini dapat menambah semangat dan motivasi belajar siswa.  Dalam situasi ini maka pacaran dapat  berdampak baik untuk prestasi belajar para siswa, dikarenakan adanya motivasi dan alasan yang dapat membuat semangat belajar mereka tumbuh dan berkembang.

Namun disisi lain berpacaran juga dapat menjadi hambatan bagi pelajar, pasalnya sekarang jaman semakin canggih dan segala sesuatu dapat dilakukan hanya via daring saja melalui telepon genggam, seperti halnya mengirim pesan ataupun melakukan panggilan video dengan orang lain. Dampak dari adanya kemudahan tersebut dengan aktivitas pacaran di kalangan pelajar adalah kegiatan belajar seorang siswa maupun siswi dapat terhambat dengan adanya pesan ataupun panggilan video yang dilakukan pacarnya. Hal ini dapat berpengaruh pada tingkat konsentrasi belajar siswa tersebut karena ia harus membalas pesan tersebut dan bahkan kemungkinan fokusnya akan terpecah dan ia lebih memilih untuk saling berkirim pesan dengan pacarnya tersebut tanpa melanjutkan proses belajar yang ia lakukan sebelumnya. Dalam kondisi ini maka pacaran dapat menjadi hambatan dalam prestasi belajar dan motivasi belajar siswa karena tidak adanya dukungan dari pihak pasangannya terhadap kegiatan belajarnya.

Dari dua hal yang telah dipaparkan diatas, maka dapat disimpulkan jika pacaran di kalangan pelajar ataupun remaja dapat berdampak positif maupun negatuf tergantung adanya faktor pendukung dari satu sama lain serta kemauan dari siswa itu sendiri dalam memunculkan motivasi belajarnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun