Mohon tunggu...
Faidillah putriningrum
Faidillah putriningrum Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Kejarlah mimpi meskipun rintangan tengah menghalangimu

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Biografi Nuruddin Muhammad Ali bin Hasanji Al-Hamid

2 April 2022   15:30 Diperbarui: 2 April 2022   15:41 4160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Nuruddin Ar-raniri adalah Nuruddin Muhammad bin Ali bin Hasanji Al Hamid, beliau lahir di ranir (randir), sebuah kota pelabuhan tua di pantai Gujarat sekitar pertengahan kedua abad 16 M. Ibunya merupakan seorang keturunan Melayu, sementara ayahnya berasal dari keluarga imigrasi Hadhramaut, nenek moyang beliau kemungkinan besar termasuk dalam keluarga Al Hamid dari Al Zuhra salah satu dari 10 kabilah Quraisy. Pendidikan yang ditempuh oleh beliau yaitu awalnya adalah masalah keagamaan diperoleh dari tempat kelahirannya kemudian ia melanjutkan pendidikannya ke Tarim Arab Selatan.

Dilanjutkan ke kota Mekah dan Madinah pada tahun 1030 H/1621M. Pada kehidupan di kalangan imigrasi di hadrami, banyak dilihat dengan jelas dari pengalaman yang pamannya sendiri, yang berasal dari garis ayah Muhammad Jilani bin Muhammad Al Humaidi dari Gujarat ke Aceh antara 988H/1580M dan 991H/1583M disana Nuruddin al-raniri mengajar fiqih, ushul fiqih, etika logika dan retorika. Tetapi kenyataannya kebanyakan orang lebih suka mempelajari tasawuf (mistik) dan kalam (teologi), sedangkan pamannya bukanlah ahli mistik, oleh karena itu beliau tidak siap memenuhi tuntunan masyarakat untuk mempelajari materi tersebut.

 Kemudian Muhammad Jilani memutuskan menunda pengajarannya dan dan kembali ke Mekah untuk mempelajari lebih dalam tentang ilmu mistisisme dan subjek-subjek lain yang berkaitan. Setelah menguasai ilmu tersebut, beliau kembali ke Aceh pada masa pemerintahan Sultan Ala' al-Din Ri'yad Syah untuk membagikan ilmunya kepada masyarakat tentang materi yang ingin mereka pelajari dulu. Dan kelihatannya dia berhasil sampai batas tertentu dalam menjelaskan kerumitan mistisisme dan kalam, terutama tentang sifat dan pola dasar permanen.

Guru Nuruddin Ar raniri yang paling terkenal yang berasal dari India adalah abu hafs Umar bin Abdullah bin syakban al-tarimi Al hadrami (1066H/1656M), yang dikenal di wilayah Gujarat sebagai Sayyid Umar Al -AiIdrus. Melalui syekh inilah beliau diterima masuk ke dalam tarekat rifa'iyyah dan kemudian menggantikan shehnya, pada tarekat ini dalam menerima kedatangan murid-murid baru. Setelah mempelajari ilmu Islam yang ditunjuk sebagai khalifah tarekat Al-Aidairusiyyah seta Rifa'iyyah, tibalah waktunya Nuruddin al-raniri memulai karirnya. Dari banyaknya karya yang menunjukkan bahwa dia sangat mengenal dunia Melayu, bahkan sebelum kedatangannya ke pulau di nusantara, tanpanya informasi tentang Melayu diperoleh dari ibunya dan keterlibatannya dengan komunitas jawi di Mekah, demikian pula informasi yang diperoleh dari pamannya Muhammad bin yang mengadakan perjalanan pulang balik ke Aceh yang setelah mengetahui tradisi budaya dan keagamaan Melayu.

Nuruddin menetap di Aceh pada tanggal 31 Mei 1637 M, di Aceh beliau dikenal sebagai orang ulama dan penulis yang produktif. Beliau juga banyak menulis kitab-kitab dalam berbagai cabang ilmu agama seperti fiqih, hadis, aqidah, sejarah, filsafat, perbandingan agama dan lain-lain. Yang paling menonjol dalam tulisan yang beliau tulis adalah ia selalu menyebutkan sumber kutipan untuk memperkuat argumen yang dikemukakan dalam isian buku tersebut.

Syeikh Nuruddin al raniri adalah seorang ulama yang berjasa dalam memperluas bahasa Melayu di kawasan Asia Tenggara, karya yang ditulis dalam bahasa Melayu membuat bahasa ini semakin populer dan menjadi bahasa Islam yang kedua setelah bahasa Arab. Ketika itu jalan yang paling mudah bagi setiap orang Islam untuk mengetahui ajaran Islam adalah dengan belajar bahasa Melayu agar dapat membaca tulisan kitab-kitab yang tertulis dalam bahasa tersebut, kitab yang ditulis Allah hari ini sangat populer dan dikenal luas oleh masyarakat umat Islam di kawasan Asia Tenggara titik bersamaan dengan itu bahasa Melayu juga tersebar luas sebagai lingua pranca.

Pengaruh syekh Nuruddin Ar raniri, beliau merupakan sosok ulama yang memiliki banyak keahlian beliau seorang sufi, teolog, faqih ahli hukum, dan bahkan politisi. Keberadaan Ar raniri ini sering menimbulkan banyak kesalahpahaman terutama jika dilihat dari salah satu aspek pemikiran saja, maka sangat wajar jika kalau beliau dinilai sebagai seorang sufi yang sibuk dengan praktek-praktek Syariat.

Beliau ini merupakan ulama pertama yang membedakan penafsiran doktrin dan praktek sufi yang salah atau benar, upaya ini ini memang pernah dilakukan oleh para ulama terdahulu seperti Al-burhanpuri. Namun beliau tidak berhasil untuk merumuskan dalam penjabaran yang sistematis dan sederhana sehingga membingungkan para pengikutnya dan juga Ibrahim Alquran yang harus memperjelasnya.

 Oleh karena itu dalam pandangan ini masalah besar yang dihadapi oleh umat Islam terutama di nusantara adalah aqidah, adanya paham imanensi antara Tuhan makhlukNya sebagaimana dikembangkan oleh paham wujudi-wujudi' ah merupakan praktek sufi yang berlebihan. Ar-raniri ini berpandangan bahwa antara Tuhan dan alam terdapat perbedaan mukhalafah sementara antara manusia dan Tuhan terdapat hubungan transenden.Selain secara umum Ar -raniri dikenal sebagai syekh rifaiyah beliau juga memiliki mata rantai dengan tarekat qodiriyah dan AidaRusiyyah, dari tarekat inilah Ar raniri dikenal sebagai ulama yang teguh memegang akar-akar tradisi Arab, bahkan simbol fisik tertentu dan budayanya dalam menghadapi lokal bukan hanya itu saja, ketegasan ar-raniry dalam menekankan adanya keselarasan antara praktik mistik dan syariat merupakan bagian dari ajaran tarekat Aidarusiyyah.

Meski ar-raniry berpengaruh besar dalam perkembangan Islam di nusantara tapi hingga kini belum ditemukan pasti para murid nya secara langsung kecuali syekh Yusuf Al makassari titik dalam kitabnya fitnah an-najah menjelaskan bahwa dari ar-raniri lah diperoleh silsilah tarekat qodiriyyah karena Ar-Raniri adalah guru sekaligus syekh nya hanya saja bukti ini belum dianggap valid karena belum diketahui kapan dan dimana mereka bertemu titik kesulitan ini juga terus berlanjut jika dikaitkan dengan keinginan mencari hubungan Ar raniri dengan dunia pesantren di wilayah nusantara. Dikarenakan selain tiada literatur yang menunjukkan hal tersebut manuskrip yang berkaitan dengan pesantren pun tidak menunjukkan adanya hubungan tersebut. Meski demikian, bukan berarti tidak memiliki keterkaitan sama sekali dengan dunia pesantren, setidaknya peran al-makassari dan para jamaah haji serta para muridnya di Mekah dan Madinah yang kemudian kembali ke tanah air merupakan keterkaitan tidak langsung ar-raniry dengan dunia pesantren di Indonesia.

Daftar Pustaka 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun