Mohon tunggu...
Faidhil Akbar
Faidhil Akbar Mohon Tunggu... Seniman - Rebahan itu harus, belajar ya apalagi

Tetap hihihaha walau hati huhahuha

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Persegi Panjang, Prioritas Manusia

6 Maret 2020   20:52 Diperbarui: 6 Maret 2020   20:54 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ah, aku ini norak sekali yah sampai-sampai berkhayal seperti itu" batinku sambil cengengesan sendiri.

Sesampainya kami di tempat kost-an sakti, aku disambut hangat oleh Muhammad Faris temanku dulu di madrasah diniyyah. Kami berbincang-bincang banyak tentang masa lalu kami, masa kecil kami belum tahu gadget dan belum mengerti mengoperasikannya. Berbeda dengan  anak kecil abad kini yang dibilang kekinian. 

Dari yang berumur 7 tahun keatas hampir sebagian sudah memiliki handpone atau gadget masing-masing. Bahkan, anak kecil berumur 3 tahun pun sudah sering memegang handphone atau gadget orang tuanya. Entah alasannya apa, aku tidak tahu. Karena aku belum menjadi orang tua.

Tak terasa waktu sudah menunjukan pukul 16:00, kita saling bertukar cerita kurang lebih 4 jam membahas masa lalu yang sangat lucu dan benar-benar lucu. 

Disaat yang bersamaan, sakti mengajakku dan juga faris keluar rumah untuk sekedar menghirup udara segar dan melihat indahnya cahaya orange kekuning-kuningan disore hari. Selama perjalanan yang aku tidak tahu akan menuju kemana, aku sangat bingung dan merasa aneh.

"Memang ada udara segar disini? Ada pemandangan sunset disini? pikirku.

Benar saja dugaanku, udara segar dan pemandangan cahaya yang dimaksudnya adalah kafe milik orang tua sakti. Udara segar yang dimaksudnya ialah Air Conditioner(pendingin ruangan) dan cahaya kekuning-kuningannya ialah lampu-lampu kafe yang sengaja didesain mirip dengan keadaan sunset di sore hari. Agar para pengunjungan mendapatkan rasa nyaman dan tenang ketika berada didalam kafe tersebut.

Aku dan faris sangat beruntung, karena kami tidak mengeluarkan uang sepeserpun untuk merasakan beberapa variasi rasa minuman dan makanan yang ada di sini. Kami bebas memilih makanan dan minuman sesuka kami. 

Aku mencicipi espresso base, long black , dan milkshake choco hazelnut. Sedangkan faris mencicipi arabika flores, ristretto, dan milkshake tiramisu. Ketika kami sedang sama-sama menikmati milkshake, tiba-tiba aku terkejut karena ada getaran disamping perutku.

Seketika mataku menjadi segar karena melihat notif pesan dari kekasihku. Dengan banyak alasan aku lontarkan agar dia mengerti dan memaafkanku karena kita sudah berjanji akan berbincang melalui handphone pukul 02:00 dini hari. Namun aku tak tahu, mimpi indah semalam membuatku tidak mendengar banyaknya alarm yang aku pasang.

"Kirain beneran yaelah cuman mimpi" keluhku sambil membalas pesan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun