Rahasia di Balik Pengelolaan Data yang Efisien: Perkawinan antara MySQL-MongoDBÂ
Dalam perkembangan teknologi informasi, basis data memainkan peran yang sangat krusial dalam pengelolaan dan penyimpanan data di berbagai aplikasi. Dua jenis basis data yang paling sering digunakan adalah basis data relasional (SQL) dan basis data non-relasional (NoSQL). Basis data relasional, seperti MySQL, dikenal sangat andal dalam menangani data terstruktur yang membutuhkan hubungan antar-tabel yang kompleks. Namun, dengan pesatnya perkembangan big data, basis data non-relasional seperti MongoDB semakin populer karena fleksibilitas dan skalabilitasnya dalam menangani data semi-terstruktur atau tidak terstruktur.
Artikel yang ditulis oleh Gyrdi et al. (2023) dalam jurnal Big Data and Cognitive Computing memperkenalkan metode sinkronisasi antara MySQL (SQL) dan MongoDB (NoSQL) yang memungkinkan organisasi memanfaatkan keunggulan dari kedua jenis basis data ini. Ini menjadi solusi yang sangat relevan mengingat data yang dihasilkan oleh berbagai perusahaan terus bertambah dengan kecepatan eksponensial. Faktanya, pada tahun 2022, diperkirakan bahwa lebih dari 64 zettabytes data dihasilkan di seluruh dunia, dan angka ini terus meningkat setiap tahunnya.
Lebih dari 90% perusahaan besar menggunakan basis data relasional untuk transaksi penting, namun, lebih dari 40% dari mereka telah mulai memigrasi sebagian data mereka ke sistem NoSQL untuk memenuhi kebutuhan data yang lebih dinamis dan besar (DB-Engines, 2023). Oleh karena itu, metode yang ditawarkan oleh penulis tidak hanya penting dari segi teknis, tetapi juga memiliki dampak besar bagi industri yang ingin beralih ke teknologi yang lebih modern tanpa meninggalkan infrastruktur lama mereka.
****
Metode sinkronisasi yang diajukan oleh Gyrdi et al. (2023) dalam artikel mereka memberikan solusi praktis untuk mengatasi tantangan yang dihadapi oleh perusahaan dalam mengintegrasikan basis data relasional dan non-relasional. Salah satu keunggulan utama dari pendekatan ini adalah penggunaan Change Data Capture (CDC) yang didukung oleh Debezium, sebuah platform open-source yang dapat mendeteksi perubahan data dan menyampaikan informasi tersebut melalui Kafka. Dengan adanya mekanisme ini, data yang dimasukkan ke dalam MySQL dapat secara otomatis direplikasi ke MongoDB, begitu pula sebaliknya, dalam waktu yang sangat singkat. Pengujian yang dilakukan dalam artikel tersebut menunjukkan bahwa sinkronisasi dua arah ini hanya membutuhkan rata-rata 93,5 milidetik untuk menyinkronkan data antara kedua basis data.
Selain kecepatan sinkronisasi yang dihasilkan, artikel ini juga menyoroti pentingnya menjaga integritas data dalam proses sinkronisasi. Sebagai contoh, sistem yang dibangun mampu menangani foreign key constraint di MySQL, yang menjadi tantangan tersendiri ketika harus diselaraskan dengan MongoDB yang tidak memiliki fitur yang setara. Penggunaan retry mechanism dalam aplikasi Java yang dikembangkan menjadi solusi yang cerdas untuk memastikan bahwa sinkronisasi data dapat dilakukan tanpa adanya data yang hilang, meskipun terdapat dependensi antar tabel.
Lebih jauh, implementasi sinkronisasi ini didesain untuk scalable, artinya dapat diterapkan pada jumlah data yang besar. Artikel ini mencatat bahwa sistem ini mampu menangani hingga lebih dari 1000 entri data dengan sinkronisasi yang masih berada dalam rentang waktu yang dapat diterima (di bawah 100 milidetik). Hal ini menjadi penting mengingat bahwa pada tahun 2021, lebih dari 60% perusahaan yang menggunakan basis data besar seperti MongoDB menghadapi tantangan dalam hal kecepatan pemrosesan data, terutama ketika volume data mencapai puluhan terabyte (MongoDB Report, 2021).
Dengan menggunakan metode ini, organisasi dapat memanfaatkan keunggulan kinerja MongoDB dalam pencarian dan pengolahan data skala besar, sementara tetap mempertahankan keandalan dan konsistensi data yang ditawarkan oleh MySQL. Misalnya, aplikasi e-commerce dapat menggunakan MySQL untuk menyimpan data penting seperti pesanan dan pelanggan, sementara MongoDB digunakan untuk fitur pencarian produk yang lebih cepat dan efisien. Dalam konteks ini, sinkronisasi antara MySQL dan MongoDB tidak hanya memberikan keuntungan dalam hal performa, tetapi juga memungkinkan penghematan sumber daya dan fleksibilitas yang lebih besar dalam pengelolaan infrastruktur data.
****
Dari pembahasan di atas, jelas bahwa metode sinkronisasi yang diajukan oleh Gyrdi et al. (2023) menghadirkan solusi yang relevan dan efektif dalam mengintegrasikan basis data relasional dan non-relasional. Dengan menggunakan platform seperti Debezium dan Kafka, organisasi dapat memanfaatkan keunggulan dari kedua jenis basis data tanpa harus mengorbankan kecepatan atau konsistensi data. Sinkronisasi dua arah yang cepat dan efisien membuka peluang bagi perusahaan untuk mengoptimalkan operasi mereka, terutama dalam menangani volume data yang terus meningkat.