Mohon tunggu...
Achmad Fahry Baihaki
Achmad Fahry Baihaki Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Teknik Informatika

Mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim Malang 2022

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Sebuah Algoritma Evolusioner, Akurasi Deteksi Objek Meningkat hingga 74,9%!

17 September 2024   13:49 Diperbarui: 24 September 2024   11:35 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Komputasi Evolusioner: Rahasia di Balik Lonjakan Akurasi Deteksi Objek hingga 74,9%!

Dalam era big data dan kecerdasan buatan yang berkembang pesat, deteksi objek telah menjadi salah satu pilar utama dalam berbagai bidang teknologi, seperti pengawasan video, kendaraan otonom, dan pengenalan gambar medis. Dalam konteks ini, artikel yang ditulis oleh Shen et al. (2024) dalam Journal of Big Data menawarkan pendekatan baru yang menarik dengan menggabungkan data multispektral dan komputasi evolusioner. Artikel ini mengangkat pentingnya pengolahan gambar inframerah dan cahaya tampak untuk meningkatkan akurasi deteksi objek. Fakta bahwa gambar inframerah dapat digunakan untuk mendeteksi objek dalam kondisi pencahayaan buruk, sementara gambar cahaya tampak memberikan detail tekstur yang kaya, membuat penggabungan dua jenis data ini menjadi strategi yang efisien dalam meningkatkan kualitas deteksi objek.

Selama bertahun-tahun, metode deteksi objek berbasis pembelajaran mesin telah didominasi oleh teknik-teknik konvensional yang mengandalkan data berlabel dalam jumlah besar, seperti yang terlihat dalam dataset ImageNet, yang melibatkan lebih dari 14 juta gambar (Deng et al., 2009). Namun, dengan semakin meningkatnya biaya dan kesulitan dalam pengumpulan data berlabel, pendekatan pembelajaran mandiri yang diusulkan oleh penulis artikel ini menawarkan alternatif yang signifikan. Pada tahun 2024, dengan lebih dari 60% data visual tidak berlabel di internet (Misra & Maaten, 2020), metode yang dapat memanfaatkan data tanpa label seperti yang diusulkan oleh Shen et al. adalah inovasi penting. Terlebih lagi, dengan adanya peningkatan akurasi deteksi hingga 74,9% dan efisiensi pemrosesan yang signifikan melalui algoritma evolusioner, pendekatan ini bukan hanya menawarkan hasil yang unggul, tetapi juga memberikan solusi praktis untuk tantangan yang dihadapi dalam deteksi objek.

Salah satu keunggulan dari pendekatan yang diusulkan oleh Shen et al. (2024) adalah penggunaan autoencoder untuk mengekstraksi fitur dimensi tinggi dari data gambar multispektral, yaitu gambar inframerah dan cahaya tampak. Autoencoder berfungsi untuk mengurangi kompleksitas data dan menyoroti elemen-elemen penting yang relevan untuk tugas deteksi objek. Dalam hal ini, penggunaan autoencoder terbukti mampu meningkatkan performa deteksi objek hingga 66,3% dalam hal mAP (mean average precision), yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan metode tradisional berbasis CNN atau YOLO (Shen et al., 2024). Ini menunjukkan betapa pentingnya teknologi pembelajaran mandiri dalam pengembangan sistem deteksi modern, di mana model tidak lagi sepenuhnya bergantung pada data berlabel.

Sistem deteksi berbasis data multispektral juga menjadi kunci penting dalam mengatasi keterbatasan lingkungan yang sulit, seperti cahaya rendah atau gangguan visual. Pada artikel tersebut, eksperimen menunjukkan bahwa performa deteksi menggunakan hanya gambar inframerah menghasilkan akurasi 58,1%, sedangkan gambar cahaya tampak mencapai 63,7%. Namun, ketika kedua tipe gambar tersebut digabungkan, akurasi meningkat secara signifikan menjadi 74,9% (Shen et al., 2024). Angka ini membuktikan bahwa pendekatan multispektral tidak hanya memberikan informasi yang lebih kaya, tetapi juga memastikan deteksi objek lebih andal di berbagai kondisi lingkungan.

Salah satu elemen penting dalam penelitian ini adalah penerapan algoritma komputasi evolusioner untuk mengoptimalkan parameter model. Algoritma ini secara signifikan membantu dalam memilih kombinasi parameter yang ideal untuk meningkatkan performa model. Penggunaan algoritma PSO (Particle Swarm Optimization) terbukti meningkatkan akurasi model sebesar beberapa persen dibandingkan model yang tidak dioptimalkan, dengan metrik mAP yang meningkat hingga di atas 60% setelah penggunaan PSO. Pendekatan ini memberikan fleksibilitas tambahan pada model, yang dapat disesuaikan untuk berbagai jenis tugas deteksi objek dengan karakteristik yang berbeda.

Artikel ini juga membahas bagaimana penggunaan data yang tidak berlabel bisa menjadi solusi jangka panjang bagi tantangan skala besar yang dihadapi oleh sistem pembelajaran mesin saat ini. Dengan lebih dari 14 miliar gambar di internet (Statista, 2023) dan lebih dari 70% dari data visual yang tidak terstruktur atau tidak berlabel, metode pembelajaran mandiri yang digunakan di sini bisa membantu mengurangi ketergantungan terhadap tenaga manusia dalam proses pelabelan data.

Secara keseluruhan, penelitian yang dilakukan oleh Shen et al. (2024) menunjukkan bahwa penggabungan data multispektral dan penerapan komputasi evolusioner dalam deteksi objek adalah langkah maju yang signifikan dalam dunia big data dan kecerdasan buatan. Pendekatan ini tidak hanya meningkatkan akurasi deteksi objek hingga 74,9%, tetapi juga membuktikan keefektifan penggunaan autoencoder dan pembelajaran mandiri dalam memanfaatkan data yang tidak berlabel. Hal ini relevan dalam menghadapi tantangan besar di era big data, di mana pengumpulan dan pelabelan data menjadi semakin sulit dan mahal.

Dengan hasil eksperimen yang solid dan berbagai peningkatan yang ditawarkan, pendekatan ini memiliki potensi besar untuk diimplementasikan di berbagai industri, seperti pengawasan keamanan, kendaraan otonom, dan analisis medis. Kemampuan model ini untuk bekerja secara efektif di bawah kondisi lingkungan yang bervariasi, seperti pencahayaan yang buruk atau gangguan visual, menjadikannya sangat berharga dalam konteks aplikasi dunia nyata. Untuk masa depan, peningkatan pada teknik multispektral dan optimasi algoritma bisa terus dikembangkan guna mencapai efisiensi dan akurasi yang lebih tinggi, memberikan solusi inovatif bagi tantangan-tantangan di era digital ini.

Referensi

Shen, X., Li, H., Shankar, A., Viriyasitavat, W., & Chamola, V. (2024). Evolutionary computation-based self-supervised learning for image processing: A big data-driven approach to feature extraction and fusion for multispectral object detection. Journal of Big Data, 11(130). https://doi.org/10.1186/s40537-024-00988-5

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun