Mohon tunggu...
Fahru Ardi
Fahru Ardi Mohon Tunggu... -

seorang pemimpi yang merindukan Indonesia menjadi negara maju, rakyanya cerdas, adil, dan makmur.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Internet dan Perilaku Kita

18 Januari 2011   13:52 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:26 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Internet hanyalah medium. Ia bebas nilai seperti juga pisau atau ilmu pengetahaun. Kita, manusialah yang menentukan akan digunakan sebagai apa alat ini. Sejak zaman purba, manusia selalu mencari dan melakukan inovasi untuk mempermudah hidupnya di dunia. Dimulai dari ditemukannya alat berburu dan meramu makanan. Teknologi kemudian berkembang.

Di tangan homo sapiens, atau manusia modern, berbagai alat-alat alias teknologi baru ditemukan. Teknologi yang paling berpengaruh adalah ditemukannya roda. Prinsip roda dengan berbagai aplikasinya di berbagai alat merupakan simbol efisiensi alias kemudahan. Jarak yang jauh dapat ditempuh dalam waktu singkat. Pekerjaan yang berat menjadi lebih ringan.

Jarum sejarah membawa kita pada zaman modern. Teknologi kian merangsek dalam berbagai altar kehidupan manusia. Mesin uap ditemukan. Lampu ditemukan. Mesin cetak ditemukan. Pesawat terbang, telepon, dan lainnya, terus dan terus ditemukan. Alhasil hidup manusia kian dipermudah saja. Termasuk ditemukan pula teknologi persenjataan modern, dari panah, senjata api, tank, hingga bom atom. Semuanya membawa konsekuensi-konsekuensi baru.

Takdir sejarah pula yang membawa umat manusia mengenal berbagai media massa. Dari radio, televisi, koran, majalah, dan sebagainya. Media-media tersebut dijadikan sebagai alat propaganda bagi para penguasa kepada rakyatnya. Media juga digunakan rakyat untuk menghujat para penguasanya. Singkatnya media menjadi ajang kontestasi berbagai ide dan pemikiran umat.

Kini, kita mengenal internet. Seluruh dunia terhubung melalui kabel-kabel serat optik yang ditanam di bawah laut dan melalui gelombang radio yang dipancarkan dari satelit. Perbedaan tempat dan waktu kini tak lagi jadi soal yang serius. Transportasi gagasan, ide-ide, informasi, ilmu pengetahuan begitu deras. Tak terlampau timpang dalam soal akses ke berbagai informasi antara negara maju dengan negara berkembang. Semuanya asal terhubung ke internet, memiliki akses yang sama.

Kita, di Indonesia merasakannya pula. Internet di negara-negara berkembang, termasuk di sini, dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Lembaga pendidikan memanfaatkannya sebagai media belajar, mengunggah dan mengunduh jutaan buku dari internet, mempererat komunikasi akademik antara dosen dan mahasiswa. Kampus-kampus, sekolah-sekolah, lembaga kurusus, saling terhubung. Akses ilmu pengetahuan semakin mudah.

Dalam abad internet itu pula, kita kedatangan tamu yang luar biasa, dialah facebook. Situs jejaring sosial ini konon telah menjadi situs terpopuler di dunia dan memiliki anggota dan diakses jutaan orang di dunia. Facebook menghubungkan teman-teman dan orang-orang dalam kehidupan kita baik sekarang, maupun di masa lampau. Beragam kisah romantisme bertemunya seorang sahabat lama di dunia maya mewarnai hadirnya facebook.

Perkembangan tekonologi selalu membawa konsekuensi-konsekuensinya tersendiri. Di Indonesia, juga di dunia, facebook, atau internet dianggap sebagai salah satu media yang selain memudahkan juga malah menjadi biang masalah. Banyak orang yang produktifitas kerjanya menurun karena terlampau dalam masuk dan menjelajah internet. Ia lupa waktu, lupa teman di sebelahnya, bahkan lupa pekerjaan yang harus diselesaikannya.

Masalah menurunnya produktifitas akibat internet patut direnungkan. Internet, sekali lagi, hanyalah alat. Medium untuk mengakses berbagai informasi di dunia maya. Sebagai tools ia tergantung kepada si empunya, seperti keris, pedang, pistol, atau bahkan bom nuklir. Siapa yang mengendalikan itulah efek yang ditimbulkan. Produktifitas kerja menurun karena kita tak matang dalam menggunakan internet. Kita terbuai dalam riuh rendahnya dunia maya.

Ada tips untuk meningkatkan kesadaran atau kalau boleh dibilang untuk meningkatkan independensi kita terhadap internet dan berbagai pengaruhnya. Pertama, tentukan tujuan. Sebelum Anda mengakses internet, tentukan apa tujuan Anda mengakses internet. Jadikan tujuan ini sebagai pemantik, pengendali, pe-mawas, atas perilaku kita di dunia internet. Seandainya tujuan kita online adalah untuk mencari referensi tulisan, makalah, atau buku, maka fokuslah kita mencari bahan-bahan tersebut. Abaikan yang lainnya.

Kedua, jangan masuk ke jejaring sosial. Sebaiknya Anda selesaikan dulu semua hal-hal yang ingin Anda cari dari internet. Jangan langsung masuk atau nyambi masuk ke situs jejaring sosial. Sebab, begitu anda online di facebook, misalnya, maka sejuta godaan sudah menanti. Awalnya ingin tau ada kabar apa dari teman-teman Anda. Kemudian, kabar-kabar itu membawa Anda pada titik dimana Anda akan terus menelusurinya. Inilah jebakan jejaring sosial. Belum lagi jika ada teman Anda yang menyapa Anda melalui fasilitas chat. Bersiaplah untuk ngeluyur tak berujung.

Ketiga, ingat waktu. Meski di setiap layar monitor ada jam, tapi seringkali orang yang online lupa waktu. Sebaiknya pertimbangkan dan alokasikan waktu untuk online. Cek waktu untuk bekerja. Berapa lama Anda akan online, misalnya hanya satu jam, maka begitu selesai satu jam Anda harus berhenti. Beralihlah mengerjakan pekerjaan lain yang sudah Anda agendakan. Dengan begitu, Anda tidak akan terjebak di dunia maya. Karena Anda tetap sadar bahwa Anda berada di dunia nyata dengan berbagai macam hiruk pikuknya.

Terakhir, saya ingin menyimpulkan, sesungguhnya dunia maya alias internet banyak sekali manfaatnya. Mari memandang sesuatu dari sudut positif. Karena itu, manfaatkan seluas-luasnya kemudahan yang ada di internet, dengan tetap berpegang pada tiga hal di atas. Sebagai seorang penulis, saya mempertimbangkan internet untuk mencari bahan dan sekaligus sebagai media publikasi. Karena itu situs-situs yang saya sambangi adalah koran, majalah, lembaga kajian, kampus, komunitas/blog, dan ensiklopedia. Dengan begitu, bagi saya internet adalah gudang pengetahuan yang mencerahkan bukan menyesatkan. []

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun