Manusia mengeluh ketika hujan turun dan mengakibatkan banjir, sementara mereka belum tentu tahu selama ini bumi juga mengeluh akan perbuatannya (manusia) yang tidak mengingat jasa bumi dalam pemenuhan kehidupan manusia.
Saya pernah membaca sebuah kutipan bahwa milyaran manusia dilayani oleh bumi yang hanya satu. jadi, jika manusia kurang memperhatikannya maka wajar saja jika bumi memuntahkan magmanya, menggetarkan dirinya, membuat sungai di tengah perkotaan serta bencana lainnya yang tak terduga oleh manusia.
Seluruh dunia kini tengah memperbincangkan fenomena ini, namun tindakannya hanya berakhir pada laboratorium riset dan meja perundingan saja, tanpa ada perlakuan langsung dan secara efektif terhadap bumi ini.
Bencana alam seperti banjir mungkin merupakan sebuah tanda bahwa manusia lupa berterima kasih kepada bumi ini, Padahal jika kita mengkaji berapa jumlah debit air yang turun ke permukaan bumi, itu selalu sama jumlahnya. hanya saja daya serapnya yang kini kian menipis sehingga air langsung mengalir ke hilirnya dengan menyapu benda apapun di daratan akibat jalur aliran air yang tidak punya daya serap.
Kendaraan serta bangunan di atasnya akan menjadi sasaran dan tersapu derasnya arus aliran air. Ledakan jumlah penduduk dengan tingkat sebaran yang tidak merata serta pembangunan yang tidak berkelanjutan bisa menjadi salah satu pemicu hal ini bisa terjadi, namun kesadaran manusia terhadap kelestarian dan keseimbangan ekosistemlah yang menjadi kunci bencana ini terjadi atau tidak.
Di Indonesia sendiri sudah terstigma langganan banjir ketika musim hujan tiba, Khususnya pada Kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Makassar, Banjarbaru, dll. Pemerintah tidak pernah melakukan langkah pencegahan sebelumnya. Pemerintah baru panik ketika korban berjatuhan akibat bencana banjir dan erosi.
Langkah kecil sebagai wujud terima kasih kepada bumi yang terkesan biasa-biasa saja namun mampu memberi impact luar biasa adalah melakukan penghijauan besama-sama walaupun dalam lingkup RT/RW, sehingga vegetasi yang tumbuh sanggup menyerap debit air yang turun ke permukaan bumi.
Tidak seperti sekarang ini, masyarakat baru menyesal ketika banyak korban berjatuhan akibat sapuan air ketika banjir. Masyarakat terkesan sangat kaku dan pasrah jika musim hujan tiba, maka akan kebanjiran. Sehingga saya bisa menyimpulkan bahwa nampaknya manusia benar-benar lupa cara berterima kasih terhadap bumi ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H