Bahagia adalah dambaan atau ekuivalen dengan impian setiap orang. Bahagia biasanya ditandai dengan ciri fisik wajah yang berseri-seri, lebih banyak kadar tertawa daripada menangis (namun ada juga orang yang menangis karena terharu). Itulah gambaran atau ciri dari bahagia secara umum.
Namun tahukah Anda, jika bahagia itu adalah titik temu antara keinginan manusia dengan keinginana Tuhan? Baik, disini penulis akan mencoba menjelaskan. Misalnya saja si A sedang memiliki aktivitas yang cukup sibuk seperti menulis jurnal ilmiah ataupun mengikuti pelatihan kerja di suatu komunitas, dan kebetulan ketika si A sedang mengikuti pelatihan tersebut si A membaca informasi lowongan kerja dari sosial media.
Lowongan kerja yang si A terima ia baca baik-baik (dengan seksama). Setelah membaca dengan seksama si A ternyata memenuhi syarat atau kualifikasi yang ditetapkan oleh perusahaan. Tanpa berpikir panjang si A pun mempersiapakan segala sesuatu yang mendukung syarat-syarat tersebut. Setalah syarat-syarat terpenuhi si A melakukan apply lamaran kerja.Â
Beberapa hari setelah apply lamaran kerja si A mendapat informasi bahwa ia lolos seleksi administrasi. Namun seleksi administrasi hanya permulaan saja, artinya masih banyak tahapan seleksi lainnya. Tiba pada masa dimana si A ini mengikuti test seperti test kemampuan dasar (TKD), test Bahasa Inggris dan lain-lain.Â
Test demi test ia jalani dengan penuh semangat, dan tibalah pada akhirnyasi A dinyatakan lulus secara pasti test di perusahaan yang ia lamar. Si A pun merasa sangat bahagia karena apa yang ia inginkan "sama" dengan apa yang Tuhan inginkan. Disitulah definisi bahagia yang sesungguhnya.Â
Catatan penulis: Ternyata apa yang kita inginkan belum tentu sama dengan keinginan Tuhan. Bisa jadi kita gagal pada suatu hal karena Tuhan (akan) mempersiapkan sesuatu yang lebih baik dari yang kita rencankan.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H