Mohon tunggu...
Fahrul Rizal bin Iskandar
Fahrul Rizal bin Iskandar Mohon Tunggu... Administrasi - Peminat Sejarah Kuno

Dilahirkan dan menyelesaikan pendidikan sampai lulus SMA di Banda Aceh, melanjutkan pendidikan S1 Teknik Perminyakan di Yogyakarta kemudian memperoleh kesempatan kembali ke Banda Aceh untuk menyelesaikan S2 Ilmu Ekonomi dengan beasiswa Bappenas. Peminat sejarah peradaban manusia, memiliki perhatian khusus pada sejarah peradaban Islam dan Nusantara.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Somay Nyeleneh

12 Januari 2019   22:34 Diperbarui: 12 Januari 2019   22:57 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak jauh dari simpang jalan pendidikan Punge, Banda Aceh, biasanya mangkal sebuah gerobak dagangan kuliner malam hari yang diberi nama Somay Berkah Khas Lhokseumawe.

Saat berhadapan dengan pemilik dagangan, tanpa keraguan sedikit pun saya meminta agar dibungkus empat porsi dengan bumbu kacang yang banyak. Namun rupanya yang disebut somay dalam gerobak ini tidak disajikan dengan bumbu kacang melainkan dengan kuah sop lemak daging sapi. Kontan saja saya sebagai putera asli Banda Aceh yang masih mampu merunut kisah moyangnya hingga tiga generasi merasa terkecoh dengan judul dagangan sang penjual 'Somay Nyeleneh' ini.

Dengan sedikit agak menghardik saya mempertanyakan maksudnya memberi judul dagangannya dengan Somay, mengapa bukannya disebut bakso saja?

Untungnya sang penjual walau masih muda dengan sigap dan penuh percaya diri menjelaskan bahwa somay yang dijualnya bukan sembarang somay melainkan 'Somay Lhokseumawe'.

Masih berdasarkan narasumber yang sama, katanya Somay Lhokseumawe itu berbeda dengan 'Somay Jawa' yang disajikan bersama sayuran dan bumbu kacang. Walaupun dia juga mengakui kalau orang Banda Aceh tetap lebih cepat nangkap bila dagangannya disebut bakso saja alih-alih Somay Lhokseumawe.

Bagaimana pun, aroma kuah sopnya begitu menggoda sampai-sampai membuat mulut saya otomatis menelan cairan alamiahnya. Setelah perdebatan kami akhirnya saya memutuskan untuk membeli empat porsi Somay Lhokseumawe dengan 'Somay Telur'-nya yang total harganya hanya 40ribu saja.

Begitulah memang apabila penggunaan istilah yang sudah baku dalam suatu komunitas kemudian didefinisikan secara berbeda oleh pendatang baru. Pasti akan memunculkan perbedaan pandangan terhadap makna perkataan.

Layaknya seperti seseorang hendak mengatakan bahwa nama bilangan setelah angka 1 ditempat asalnya adalah tiga sehingga penjumlahan 1+1 disana disebut sama dengan tiga. Pasti akan memunculkan kegaduhan terlebih dahulu walau mungkin saja kemudian akan ada islah dan sikap toleran terhadap perbedaan definisi.

Yang mendorong cepatnya islah pada kasus ini karena dari awal yang bersangkutan sudah melabelkan 'Khas Lhokseumawe' sebagai ciri Somay-nya yang keluar dari definisi setempat.

Jadi apapun yang dimaksudkan dengan definisi itu jelas bukan untuk penduduk daerah lain tapi khusus teruntuk bagi Lhokseumawe saja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun