Mohon tunggu...
Fahrurrozi
Fahrurrozi Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA

Halo! perkenalkan saya Fahrurrozi, Mahasiswa IAIN Pontianak Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Hoarding Disorder: Hal Remeh! Bisa berakibat fatal pada Kesehatan Mental

6 Januari 2025   10:25 Diperbarui: 6 Januari 2025   10:25 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Pria pengidap Hoarding Distorsing (sumber : @sahabati Fira)

Hoarding disorder adalah perilaku gemar menyimpan atau bahkan menimbun barang karena dianggap akan berguna di kemudian hari. Penderita gangguan ini biasanya mengalami kesulitan untuk membuang atau berpisah dengan barang-barang tersebut. Seseorang yang menderita hoarding disorder kerap memenuhi tempat tinggal mereka dengan barang-barang tak perlu sehingga membuat kondisi rumah terasa sempit, penuh, dan sesak. Terkadang, hoarding disorder sulit diobati ketika penderitanya tidak menyadari bahwa perilaku ini bermasalah.

Menurut dr. Zulvia Seorang Psikiater ia mengatakan bahwa Terdapat perbedaan mencolok antara mengoleksi dengan menimbun. Seorang Kolektor mengoleksi barang secara sehat dan rapi sehingga tidak akan mengganggu pergerakan atau aktivitas di dalam rumah. Sebaliknya, penimbun atau penderita hoarding disorder cenderung menumpuk barang dengan berantakan, tidak terorganisir, dan tidak memiliki arti, sehingga menghambat pergerakan di dalam rumahnya. Penderita gangguan ini tidak hanya menimbun sampah, tetapi ada juga barang-barang berharga yang tidak ditempatkan dengan layak dan tidak dirawat dengan baik.

Penyebab hoarding disorder belum diketahui secara pasti. Namun, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami hoarding disorder, yaitu Mengalami gangguan mental, seperti depresi, skizofrenia, Pernah ditinggalkan oleh orang yang dicintai, Pernah mengalami kesulitan ekonomi, Pernah mengalami kehilangan harta benda akibat kebakaran atau bencana alam, dan gangguan mental lainnya.

Pengobatan gangguan penimbunan dapat menjadi tantangan karena banyak orang tidak menyadari dampak negatif dari penimbunan pada kehidupan mereka. Bahkan pengidapnya juga tidak percaya bahwa mereka membutuhkan pengobatan.
Adapun ciri-ciri Hoarding Disoreder menurut Irwan Saputro M.Psi, sebagai berikut:
1. Membeli terlalu banyak barang yang tidak diperlukan.
2. Merasa perlu menyimpan barang-barang tertentu dan kesal jika berpikir harus membuang nya (Dibuang sayang).
3. Kesulitan mengatur barang-barang, bahkan terkadang kehilangan barang-barang penting.
4. Cenderung memiliki sifat peragu, perfeksionis, penyangkalan, penundaan, bahkan masalah dalam perencanaan dan pengorganisasian.

Perawatan utama untuk gangguan ini adalah terapi perilaku kognitif. pengidap hoarding disorder dapat melakukan beberapa hal, seperti:
1. Belajar mengidentifikasi dan menantang pemikiran dan terkait memperoleh dan menyimpan barang.
2. Belajarlah untuk menahan keinginan untuk menyimpan lebih banyak barang.
3. Belajarlah untuk mengatur harta benda untuk membantu memutuskan mana yang harus dibuang dan mana yang harus disimpan.
4. Rapikan rumah secara rutin. dan Belajarlah untuk mengurangi isolasi dan meningkatkan keterlibatan sosial dengan kegiatan yang lebih bermakna.

Jika tidak diobati, hoarding disorder dapat berdampak luas dan merugikan pada setiap aspek kehidupan seseorang. Perilaku penimbunan dengan objek jenis apapun, baik sampah, makanan, barang, atau bahkan hewan dapat menciptakan sebuah ancaman serius terhadap keselamatan diri sendiri, serta menimbulkan risiko terjadinya kebakaran akibat barang-barang yang ditimbun.

Dapat disimpulkan bahwa aktivitas mengoleksi benda apabila melewati batasnya dapat menjadi gangguan penimbunan. Hoarding disorder sendiri memiliki kaitan erat dan dapat mengakibatkan adanya beberapa gangguan lainnya seperti OCD, OCDP, dan gangguan kecemasan lainnya.

Penulis: Shafira Ramadhania

Editor: Fahrurrozi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun