Mohon tunggu...
Fahrurrozi
Fahrurrozi Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA

Halo! perkenalkan saya Fahrurrozi, Mahasiswa IAIN Pontianak Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Strawberry Parents; Cantik diluar Rapuh didalam

24 Desember 2024   22:23 Diperbarui: 24 Desember 2024   22:23 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengasuh anak itu bukanlah hal yang mudah. Dibutuhkan komitmen dan usaha ekstra untuk bisa membimbing, mendukung, serta menciptakan lingkungan yang positif demi tumbuh kembang anak yang optimal. Setiap orangtua pasti punya cara dan gaya parenting yang beda-beda, yang biasanya dipengaruhi oleh nilai-nilai hidup, budaya, bahkan pengalaman pribadi mereka. Dan pastinya, setiap pendekatan parenting ini akan menghasilkan dampak yang berbeda dalam membentuk karakter si kecil.

Salah satu gaya parenting yang lagi ngehits dengan nama uniknya adalah strawberry parents. Istilah ini muncul karena dianggap sebagai pola asuh yang melahirkan generasi strawberry. Awalnya, istilah generasi strawberry berasal dari Taiwan dan menggambarkan generasi muda yang cenderung rapuh dan gampang "penyok," mirip seperti buah stroberi yang kelihatan cantik tapi mudah rapuh kalau ditekan.

Mirip dengan pola asuh permisif, strawberry parents digambarkan sebagai gaya parenting yang penuh perhatian dan kasih sayang. Menurut Prof. Rhenald Kasali dalam bukunya, pola asuh ini cenderung melahirkan generasi yang kreatif dan penuh ide segar, tapi sayangnya mudah menyerah dan baperan. Anak-anak yang dibesarkan dengan gaya ini juga biasanya lebih bergantung pada orang lain dan gampang merasa tertekan atau stres saat menghadapi masalah.

Bagi sebagian orangtua, menjadi strawberry parents dianggap sebagai cara melindungi anak dengan penuh kelembutan dan kasih sayang. Namun, seringkali hal ini malah berujung pada memanjakan anak dengan fasilitas berlebihan. Aturan yang jelas jarang diterapkan, hukuman hampir tidak pernah ada, dan komunikasi terbuka juga minim. Akibatnya, anak tumbuh dengan sedikit sekali pemahaman tentang konsekuensi.

Meskipun anak-anak dari pola asuh ini cenderung kreatif dan punya hubungan yang dekat dengan orangtua, gaya parenting seperti ini bisa berdampak negatif. Mereka jadi gampang kewalahan saat menghadapi stres atau tantangan, serta kesulitan beradaptasi dengan perubahan di sekitarnya karena sudah terbiasa hidup di zona nyaman yang disediakan oleh orangtua mereka.

Penulis: Fahrurrosi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun