Mohon tunggu...
Ahmad Fahrizal Aziz
Ahmad Fahrizal Aziz Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Blogger

Sekretaris GPMB Kab. Blitar, blog pribadi klik www.jurnalrasa.my.id

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

IMM dan Muhammadiyah, Pasca Kongres HMI dan Muktamar NU

9 Desember 2015   00:21 Diperbarui: 9 Desember 2015   00:21 1561
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

 

Terlepas dari benar tidaknya pemberitaan media atas kisruhnya kongres HMI di Riau, sebenarnya ada hal penting yang patut menjadi perhatian publik, terutama Umat Islam, selain daripada baku hantam serta pengrusakan fasilitas umum yang mungkin saja didramatisir agar nampak bombastik. Satu pertanyaan yang substansial untuk Organisasi Mahasiswa Islam sebesar HMI ini adalah, bagaimana pola kaderisasi yang selama ini dijalankan?

Pertanyaan ini barangkali juga relevan untuk Organisasi lain yang senafas dengan HMI, yang lahir dan menjadi bagian penting dari semangat gerakan Mahasiswa era orde lama seperti PMII dan IMM. Tiga Organisasi Mahasiswa Islam ini berusia diatas 50 tahun. Usia yang semestinya sudah cukup matang.

Jika mengingat sejarah, HMI sendiri merupakan bagian dari sayap Ormas/Parpol Masyumi. Artinya, HMI merupakan anak kandung Masyumi, dimana Masyumi sendiri didirikan oleh tokoh-tokoh dari beberapa Ormas Islam yang sudah dahulu ada seperti NU dan Muhammadiyah.

Sederhananya, HMI merupakan wadah perjuangan atau kaderisasi Mahasiswa Islam yang dulu dipersiapkan untuk berjuang ke dalam Masyumi. Masyumi sendiri dibubarkan oleh Soekarno dengan beragam alasan. Sebelum pembubaran Masyumi, di internal pun sudah terjadi pergolakan. NU misalkan, membuat Organisasi sayap Mahasiswa sendiri yang disebut PMII, bahkan mendirikan Partai tersendiri.

Ada yang menarik antara HMI yang lahir 1947 dengan PMII yang lahir 1960. PMII menambahkan istilah “Indonesia” di belakangnya. Sementara HMI tidak. Jika kita ingat, Masyumi termasuk Partai yang kekeh agar Islam menjadi dasar negara, dan bukan Pancasila. Di era Orde Baru pun, sempat muncul istilah HMI MPO dan DIPO, lagi-lagi karena perbedaan asas tersebut.

Setelah Masyumi dibubarkan oleh rezim Orde Lama, HMI pun tidak ikut bubar atau dibubarkan, meski sempat ada isu pembubaran tersebut. Selain HMI, sayap Pelajar Islam Masyumi yaitu PII (Pelajar Islam Indonesia) juga tidak ikut bubar atau dibubarkan.

Maka ibarat anak, HMI sudah lama kehilangan induk. Sementara NU, sudah memiliki PMII bahkan Partai Politik sendiri. Meskipun PMII pun akhirnya lepas juga dalam deklarasi Murnajati tahun 1972.

Pasca dibubarkannya Masyumi, formasi kekuatan Islam memang tercerai berai. Ada spekulasi sejarah bahwa akhirnya Muhammadiyah pun harus mendirikan Organisasi sayap Muhammadiyah sendiri yaitu IMM (Ikatan Mahasiswa Muhammadyah). Di kalangan HMI, lahirnya IMM pun dinilai untuk mewadahi kader-kader Muhammadiyah di HMI jikalau HMI akhirnya dibubarkan Pemerintah sebagaimana Masyumi.

Tapi ternyata HMI tidak dibubarkan, sementara IMM tetap berdiri di tahun 1964. Pendiri awal IMM sendiri sebelumnya juga aktif di HMI. Akhirnya muncul tafsir sejarah begini :

Sebagian mahasiswa Muhammadiyah tidak sepakat dengan pendirian IMM karena toh akhirnya HMI tidak dibubarkan. Ada juga yang berpendapat bahwa adanya HMI sudah tidak memiliki afiliasi yang jelas karena Masyumi telah dibubarkan, artinya pendirian IMM tetap perlu. Mereka yang memiliki pemikiran kedua ini yang mungkin akhirnya mendirikan IMM, seperti Djazman Al Kindi yang dikenal sebagai pendiri dan juga Amien Rais yang kemudian dikenal sebagai tokoh Reformasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun