Mohon tunggu...
Ahmad Fahrizal Aziz
Ahmad Fahrizal Aziz Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Blogger

Sekretaris GPMB Kab. Blitar, blog pribadi klik www.jurnalrasa.my.id

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Cara Menikmati Perpustakaan

30 Desember 2022   21:43 Diperbarui: 30 Desember 2022   21:49 366
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perpustakaan adalah tempat yang rutin saya kunjungi sejak kelas XI Aliyah, terutama hari Jumat, ketika pelajaran sekolah berakhir pukul 11.00.

Daripada pulang ke rumah, saya memilih Shalat Jumat di Masjid area kota, dan setelahnya langsung menuju Perpustakaan Bung Karno.

Suatu previlese tersendiri bagi warga Blitar dan sekitarnya karena ada perpustakaan besar, bersih, dan koleksi bukunya banyak. Dulu saya mengira itu adalah perpustakaan yang dikelola oleh Pemerintah Kota Blitar, ternyata adalah UPT Perpustakaan Nasional yang langsung dikelola oleh Pusat.

Di lantai 1 dulu, koleksi koran, majalah, tabloid dan buletin terpajang rapi pada rak-rak samping. Saat itu saya "berkenalan" dengan majalah Rolling Stone, Trubus, Tempo dan Gatra. Itu antara tahun 2008-2009.

Sekarang penataannya diubah, lantai 1 berjajar rak buku-buku sejarah, bersebelahan dengan Ruang Koleksi Khusus. Dibanding meminjam atau membaca buku, pada mulanya saya hanya membaca beberapa koran dan majalahnya.

Setelah lulus Aliyah, saya melanjutkan kuliah di Malang dan bekerja, antara tahun 2009-2015 (kurang lebih 7 tahun) seingat saya hanya beberapa kali berkunjung ke Perpustakaan Bung Karno ketika liburan semester.

Namun aktivitas di kampus juga nyaris sama, seminggu bisa 3-4 kali berkunjung ke Perpustakaan Kampus, ada 3 lantai dengan basement sebagai tempat parkir dan koperasi mahasiswa (kopma) di pojokannya.

Lantai 3 adalah koleksi umum, lantai 2 khusus buku-buku berbahasa arab dan inggris. Lantai 1 koleksi buku-buku lawas, data dan warung internet.

Perpustakaan Kampus punya koleksi buku yang melimpah dan "berat-berat", khas bacaan mahasiswa. Kartu Mahasiswa sekaligus jadi barcode peminjaman.

Tak kalah menariknya, di samping layanan sirkulasi, ada "pojok baca" dengan sofa hitam dan beberapa koran sudah berserakan di sana. Cukup lengkap: Kompas, Jawa Pos, Republika, Surya, Koran Pendidikan, The Jakarta Post, dll.

Sejak itu saya jadi pembaca setia kolom resonansi Republika, dan biasa mengecek apakah tulisan saya dimuat Koran Pendidikan, Surya, Jawa Pos hingga Kompas Kampus.

Berkunjung ke Perpustakaan menjadi aktivitas menyenangkan selain untuk keperluan meminjam buku-buku perkuliahan.

Kini Perpustakaan kampus didesain cukup menarik, instagramable, dengan quotes pada dinding-dindingnya dan furniture warna warni, juga disediakan tempat rebahan.

Sekarang perpustakaan tak hanya tempat membaca, diskusi, namun juga bisa menjadi tempat tidur siang untuk mahasiswa, meskipun itu jarang mereka lakukan.

Itu menjadi alternatif yang menarik, sebab sambil menanti jadwal kuliah siang, bisa "transit" di Perpustakaan, meskipun bisa juga mampir di kantor UKM atau Kos-kosan teman terdekat.

Apa nikmatnya?

Perpustakaan Daerah Kabupaten Blitar. Dok/pribadi
Perpustakaan Daerah Kabupaten Blitar. Dok/pribadi

Hingga sekarang, membaca buku tetap punya nilai tersendiri, terutama buku-buku sejarah, atau esai-esai yang ditulis generasi BM. Diah dan Rosihan Anwar. Ada banyak informasi dari buku-buku yang belum ditemukan di google.

Hal itu menjadi eksklusif dan menarik, masih banyak informasi mengejutkan yang terselip pada buku-buku tebal seperti A history of modern Indonesia, ulasan dari buku-buku Oliver Johannes Raap, hingga potongan-potongan cerita dari seri Petitie Histoire.

Di luar topik sejarah, buku lain yang "sangat ajaib" dan pernah saya baca adalah Natural Hormonal Enhancement: The Ultimate Strategy for Lifetime Youthfulness, Physique Transformation, and Super-health karya Rob Faigin versi terjemahannya.

Ada banyak informasi kesehatan dari buku tersebut yang hingga sekarang tak semudah itu ditemukan lewat google.

Kenikmatan lain yang saya rasakan adalah, bahwa dengan membaca membuat kita lebih lancar menulis. Itu sangat berdampak, kadang ketika mood menulis macet, saya mengambil buku Bunga Rampai untuk mendorong agar mood menulis muncul lagi.

Baru sekitar tahun 2013, saya punya ide untuk menjadikan bahan dari buku sebagai sumber menulis konten, terutama buku-buku psikologi dan budaya.

Selama ini para konten kreator lebih banyak re-write dari sumber media online, tak ada salahnya re-write dari sumber buku, dengan penyesuaian gaya bahasanya.

Ini menjadi aktivitas menarik dan semakin menunjang kebiasaan membaca. Beberapa konten artikel yang re-write dari buku ternyata punya keunikan tersendiri, selain mencantumkan sumber cetak, juga menyumbang informasi baru pada mesin algoritma google.

Salah satu konten tentang makna sakral Kliwon bagi orang Jawa misalnya, yang saya re-write dari buku Etnologi Jawa karya Prof. Dr. Suwardi Endraswara, telah dibaca lebih dari 12.000 orang di blog Insight Blitar.

Jadi sekarang ini, ketika saya ke Perpustakaan, tujuannya bisa berlapis: baca dan pinjam buku, nyari bahan ngonten untuk dapat uang, dan tentu saja menambah wawasan sekaligus personal branding agar lebih menyakinkan sebagai aktivis literasi.

Blitar, 30 Desember 2022
Ahmad Fahrizal Aziz

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun