Sekarang tatanan itu sudah berubah seiring bertambahnya jumlah penduduk, pemukiman-pemukiman baru terus dibangun, profesi petani banyak ditinggalkan sehingga lahan produktif ditimbun beton-beton.
Namun hilangnya tradisi menanam itu juga dipengaruhi oleh perkembangan teknologi dan sains. Dulu tidak ada AC atau kipas angin, cara agar suasana sejuk yang dengan berada dekat pohon.
Selain itu juga perkembangan ilmu kesehatan, obat-obat kimia menggantikan peran jamu tradisional dari daun atau rimpang tanaman. Meskipun waktu sekolah kita belajar tentang tanaman obat keluarga (Toga), namun tradisi menanam itu sendiri yang sudah mulai luntur.
Kembali ke alam
Pandemi covid membuat manusia mulai mencari alternatif, misalnya kembali ke alam. Cara-cara tradisional kembali dipercayai khasiatnya. Misalnya minum air kelapa, seduhan jahe, kunyit hingga pengobatan tradisional yang memanfaatkan daun-daun obat.
Makin menarik ketika ternyata itu mudah ditanam, akhirnya mulailah orang menanam di rumahnya masing-masing. Tak jarang kita temui rumah-rumah perkotaan yang dipenuhi pot-pot tanaman, serupa mini garden di teras rumah.
Oksigen kecil untuk rumah
Kita harus kembali menanam. Jika ada lahan cukup, kita bisa menanam pohon, bisa dari bibitnya.
Pohon-pohon yang menghasilkan buah. Selain buahnya bisa dinikmati, pohonnya bisa memperbaiki lingkungan, juga menyumbang oksigen agar mitokondria dalam tubuh kita berfungsi maksimal yang itu berarti kita masih bisa melanjutkan hidup.
Pemerintah juga bisa memperbanyak ruang hijau dan konservasi hutan.