Jika memiliki anak usia TK dan SD, bisa menaruh buku-buku cerita bergambar, karena anak-anak lebih suka hal-hal visual.
Lembaga Pendidikan (Sekolah)
Lembaga pendidikan bisa turut serta membangun budaya baca di lingkungannya. Sekolah terutama, adalah habitat paling nyaman untuk mengembangkan budaya baca. Bagaimana caranya?
Pertama, buat program 5 menit baca buku sebelum pelajaran dimulai.
Kedua, untuk pelajaran rumpun sosial, beri kesempatan siswa menerangkan di depan kelas, sehingga mereka akan membaca materi tersebut.
Ketiga, pasang cukup banyak mading di sudut-sudut tertentu. Bahkan jika perlu ada program mading per kelas. Mading sebagian bisa diisi artikel-artikel. Ini membuat siswa terbiasa atau akrab dengan bacaan.
Keempat, beri tugas menulis esai. Terutama untuk tingkat Menengah Atas. Dengan diberikan tugas menulis, khususnya untuk pelajaran rumpun sosial seperti Sejarah, Sosiologi, Bahasa Indonesia dan yang serumpun. Saat menulis, siswa otomatis akan membaca.
Perpustakaan Daerah
Perpustakaan daerah harus aktif menjemput pembaca. Tidak pasif dan berharap keajaiban perpustakaan akan dikunjungi banyak orang, apalagi ketika perpustakaannya kurang representatif.
Salah satu program yang bisa dilakukan adalah cerita buku. Tiap pekan sekali diadakan cerita buku, lebih pada mengenal isi buku tersebut. Pustakawan bisa menjadi penutur atau pencerita.
Cerita buku ini mungkin akan menarik bagi mereka yang belum "dapat hidayah" untuk gemar baca. Jadi sementara buku-buku diperkenalkan via lisan.
Ketika isi buku ternyata related dan isinya menarik, siapa tahu dia akan mulai tertarik untuk membaca. Perlu dicoba, kan?
Pada intinya, semua pihak memiliki peran dalam membangun budaya membaca, dimulai dari diri sendiri, keluarga, sekolah, hingga pengelola perpustakaan.